Holla, hari ini masuk kerja lagi setelah 5 hari libur. Masih suasana liburan, makannya biar gak ngantuk aye mau nulis blog dulu bentar.

Yap, kali ini mau cerita hal yang berkaitan dengan husnudzon. Jadi gini, waktu saya di Singapur, saya punya guru ngaji, sebut saja Uni. Nah Uni ini nih ternyata dalam masa pernikahannya hampir selama 12 tahun menanti keturunan. Saya gak tau ya permasalahan beliau apa (apa ada masalah di pihak istri maupun suami), tapi yang jelas selama masa penantiannya ini beliau tetap optimis dan semakin mencemerlangkan diri di tahun-tahun penantiannya.

Selama masa penantiannya ini, dimana saat mereka harus tinggal di Singapur (dan pernah juga di Jerman), Uni ini menimba ilmu Al-Qur'an. Ngambil sertifikasi, belajar ilmu tajwid, dan juga dapet sanad langsung yang bersambung ke Rasulullah (tentang bacaan Al-Qur'an). Jangan tanya bacaannya ya, Masya Allah bagus banget. Saya nih yang ngerasa bacaannya udah lumayan aja, kalo pas sparing partner hafalan pastiiii banyaak salahnya, makhrojnya ga bener lah, bacaannya kurang panjang lah. Padahal saya di sana juga udah dapet satu sertifikat loh, jadi guru ngaji, haha.

Suaranya juga merdu, dan beliau nampaknya orangnya sabar sekali. Dan saya pikir pasti tingkat kepasrahan Uni dan kehusnudzonannya sama Allah itu udah baaaiiiik sekali. Makannya setelah proses panjang penantian (cek ini-itu, dua kali inseminasi), akhirnya pada proses bayi tabung yang dilakukan di KK (kandang Kerbau) Hospital, dengan izin Allah, beliau saat ini sudah memiliki sepasang malaikat kecil, yaitu shalih dan shalihah. Sekarang umur shalih dan shalihah sudah satu tahun lebih, dan baru-baru ini saya juga dapet kabar kalo si Uni tengah hamil lagi, Masya Allah kan.... :")

Semoga saya bisa mencontoh Uni untuk selalu bersabar, berhusnudzon, dan mencemerlangkan diri dalam proses penantian dan perjuangan mendapatkan buah hati (kami).

Entah kenapa ya perasaan iri atau sedih karena belum mendapatkan buah hati itu selalu menyelesap dan parah di waktu-waktu tertentu. Manusiawi kan ya? tapi semoga saya (kami lebih tepatnya), bisa melalui dan mencapai (mendapatkan buah hati) ini dengan "khusnul khotimah".

Semangat mencemerlangkan diri di tahun 2014!


Mohon doa selalu ya teman-teman :")
Baru tadi pagi ngepost tentang kacaunya periode menstruasi, siang ini "dianya" udah keluar (artinya kami masih harus berjuang dan berikhtiar lagi agar saya bisa hamil). Kecewa? Jelas, ini malah rasanya jadi galau penging nangis, huhuhuhuhu.

Kalo kata sahabat saya, Dea Adhicita, gak apa nangis gegulingan, jambak-jambak rambut, teriak-teriak gak karuan, ASAL balik tangguh dan waras lagi, hehe.

Oke saya mau bermelow-melow dulu, biar nanti pas kumpul keluarga besar (suami) di acara ulang tahun mamah mertua di Jogja dan Solo, saya biar bisa lebih siap dan tangguh (yakin lo, Put?). Eh bisa ga ya? Aaaaaah jadi tambah galaaaaaauuuuu.......... T_T
Duluuuuu sebelum menikah rasa-rasanya periode menstruasi saya itu selalu tepat 28-29 hari. Sekarang kacaunya ampun-ampunan. Rangenya bisa dibilang jauh, periode tercepat 27 hari, sedangkan terlama bisa 32 hari. Gak tau apa karena stress atau kenapa, tapi pas cek ke dokter sih Alhamdulillah belum gak ditemukan masalah yang berarti.

Kalo kayak gini jadi bingung, mau GR duluan, hahaha ya tapi ga bisa juga. Jadilah ini setiap bulan si periode ini suka PHP-in saya.

Mana ya kalo lagi mau PMS, saya ini suka pusing, mual, dan muntah. Ini macam kayak hamil palsu gitu deh sindromnya, huhu (maunya yang beneran ya Allah ;) ).

Oke deh sekian curahan pagi ini soal periode menstruasi.

Oh ya kalo pun saya insya Allah diberikan kesempatan untuk hamil, saya maunya ngupdate kabarnya di blog aja ah, biar lebih senang dan tenang.

Mari kembali bekerja (padahal bos juga gak masuk jadi kerja santaiiiiii bangeeet, maklum besok kan pada mau natalan ini *tapi saya gak natalan yeee)
Dulu rasanya susaaaaaah sekali ngistiqomahin baca se-juz sehari kalo bukan pas Ramadhan. Rasanya berat dan males gitu (itu mah emang elonya aje, Put). Tapi Alhamdulillah semenjak ikutan program One Day One Juz, sudah satu setengah bulanan lah ya (kira-kira) saya berhasil mengistiqomahkan itu. Terima kasih kepada yang menginisiasi pertama kali program ini. Insya Allah pahala yang tak terkira akan mengalir kepada Anda-Anda :")
Saya dan suami punya cita-cita ngebuat perpus khusus anak-anak. Terinspirasi saat tinggal di Singapura, dimana yang namanya "library" di sana itu menjadi salah satu tempat favorit bagi anak-anak saat weekend bahkan saat weekdays. Gimana ga mau "betah" wong tempatnya super duper nyaman dan enak banget. Dan biasanya "Library" ini akan dihias berdasarkan tema tiap ada "event" tertentu. Ini salah satu dekorasi saat liburan sekolah tiba di National Library Singapore di daerah Bugis. (gambar diambil dari sini)













Gimana gak betah anak-anak coba kalo perpustakaannya kek gini? Pengin banget buat yang seperti ini di Jogja. Doakan ya semoga bisa terwujud :")



Disclaimer: Ini merupakan catatan kesimpulan subjektif dari hasil diskusi di sebuah grup WA (fathanwati) yang saya ikuti. 

Jadi ceritanya bahasan diskusi pagi ini di grup fathanwati agak berbeda dari biasanya, bisa dibilang agak berat lah ya. Apalagi kalo bukan ngebahas tentang Pekan Kondom Nasional.

Bermula dari salah satu anggota yang melempar informasi salah kaprah tentang pemahaman safe sex untuk mencegah penyakit menular seksual (PMS), yang mana safe sex yang benar adalah berhubungan sex dengan pasangan RESMI dan setialah dengan pasangan, alih-alih berhubungan free sex tapi aman (baca: memakai kondom). Diskusi pun kemudian bergulir tentang apakah memang benar kondom itu mampu mencegah PMS dan sudah tepatkah PKN di Indonesia?
Seorang anggota grup yang saat ini sedang menganbil pendidikan master intervensi sosial di Psikologi UI mengemukakan beberapa hal yang diketahuinya dari kuliah (hasil dari jurnal), yaitu:
  • Terdapat ledakan kasus PMS di US yang terjadi saat musim panas. Disinyalir krn adanya ledakan jumlah turis dan pesta-pesta musim panas anak muda.   
  • Berdasarkan hal ini, para peneliti di sana mengambil jalan intervensi dengan membagikan kondom untuk menurunkan PMS yang terjadi.
  • Dalam kasus US itu, pembagian kondom ternyata menjadi solusi yangg efektif. Apalagi melihat seks bebas di US jd norma yang diterima di sana.
  • Jadi adalah benar, berdasarkan hasil penelitian bahwa pembagian kondom merupakan salah satu jalan untuk mengurangi resiko PMS saat aktivitas seksual sedang tinggi-tingginya saat summer.
Yang namanya penelitian terapan ternyata memiliki yang namanya culture constraint. Free sex bukan norma yang diterima di sini. Bahkan masuk kategori perbuatan "salah". Namun pada kenyataannya kondom terbukti efektif untuk mengurangi resiko PMS. Pertanyaannya, sudah tepatkah diadakannya PKN dengan cara membagi-bagikan kondom di Indonesia?


Pertama mari kita lihat tentang hierarki penanggulangan AIDS:
  • A –abstinen (tidak berhubungan seks, tidak nyuntik). Kalo gak mempan yaudah deh mesti B 
  •  B – be faithful alias setia pada satu pasangan. Kalau tidak bisa setia maka 
  •  C – Condom (Pakai kondom biar gak ketularan dan nularin orang lain)
Nah, dari hasil diskusi kami (dari kacamata saya), terdapat beberapa poin:

  1.   Membagikan kondom merupakan salah satu intervensi tingkah laku? Iya logis.
  2.    Penting digarisbawahi bahwa terdapat orang-orang yang gak kena dengan kampanye ”no sex until married”. Nah orang-orang sepert inilah yang masuk ke dalam kategori high risk, dimana kategori umur peringkat pertama high risk adalah mereka yang berusia 22-29 tahun. Dan mungkin kondom merupakan “jalan akhir” untuk mengurangi resiko PMS.
  3.  Terdapat pandangan bahwa “belief di intervensi negara, terlalu jauh”. Dan pemberian pendidikan tentang agama, moral, bahwa sex bebas itu dosa dsb masuk ke ranah belief. Butuh  waktu, energi, biaya yang besar untuk mengintervensi satu negara dengan cara mengintervensi satu per satu belief warga negaranya, dan memang cukup sulit buat diintervensi. Makannya untuk orang-orang di poin 2, pembagian kondom merupakan “jalan akhir” untuk mencegah penularan PMS. Setidaknya itulah yang dilihat dari kacamata pengambil kebijakan. → konsekuensi: yuk dari sekarang kita edukasi adik atau anak-anak kita tentang hal ini 
  4. Sebutlah kalo bagi-bagi kondom di US itu dilaksanakan pas summer berdasarkan hasil riset, nah kalo di Indonesia kenapa di pekan ini? Apa pertimbangannya? Apakah hanya karena momentum peringatan hari AIDS sedunia? Kenapa harus seminggu? Apakah tidak cukup dengan seremonial saja? (mungkin ada yang bisa bantu jawab?
    5.       Kenapa bagiinnya gak langsung di area yang memang high risk? Lokalisasi misalnya. Sayang amat anggarannya kalo “cuma” dibagiin ke “sembarang” orang. Kalo kata Anita ibarat “beli tusuk gigi, belinya di restoran”.
    6.      Terkait dengan informasi yang beredar tentang komen petugas yang ngebagiin bilang “boleh dicoba sama pacarnya, mas”. Itu valid gak ya? Soalnya saya dapetnya bukan dari sumber aslinya, hanya berdasar testimoni dari anak UGM (iya, itu siapa?).
    7.       Terakhir, kebijakan kampanye PKN dengan majang foto dengan sex appeal yang seperti itu di bus yang akan berjalan di jalan raya, tepat?  Ini jelas menurut saya salah. Kalo emang kampanye untuk mereka yang high risk (lihat poin 2) rasanya foto macam ini bener-bener gak tepat sasaran banget. Yang ada foto ini malah bisa dilihat sama anak-anak kecil yang ada di sekitarnya dan juga remaja-remaja tanggung. Iih, kan bahaya.


Jadi kesimpulan yang saya bisa saya ambil dari diskusi mengenai PKN ini adalah eksekusi dari kebijakan pembagian/ sosialisasi  kondom ini yang rasanya kebablasan.  Yang ada malah kondom dipandang negatif pake banget, padahal kan ya manfaatnya juga ada, seperti yang tadi disebut di atas, juga untuk program mengatur jarak kehamilan misalnya (atau KB misalnya).

Oke segini aja kesimpulan dari kacamata saya. Hal ini ditulis semata-mata agar kita gak asal reaktif saat menanggapi masalah.

Terima kasih kepada fathanwati atas diskusi berat di pagi hari tadi. Wabilkhusus kepada Jayaning Hartami yang setidaknya sudah mencerdaskan saya pagi ini. (rekomen banget ini si Tami buat dijadiin staf ahli pengambil kebijakan, :D).

Mohon maaf kalo ada salah-salah kata. Mari diskusi dengan bahasa yang santun dan baik.

NewerStories OlderStories Home