Turbulensi di pikiran dan perasaan di saat yang tidak tepat terkadang bikin ngerasa kalo kita yang paling 'sengsara' sendiri. (calon) Psikolog juga manusia kok... ada saatnya juga butuh diterapi sama teman sendiri....

*I think i need a councelling :(



Ada hal-hal dalam hidup ini yang tidak bisa sama sekali dikontrol oleh manusia. Mau berusaha sekuat apapun, kalo emang belum saatnya ya gak bakal deh keturutan.

Hal-hal yang kita inginkan terkadang tidak dengan mudah didapatkan. Iri melihat kenapa dengan mudahnya orang lain memiliki sesuatu yang sudah lama kita idamkan. Bertanya-tanya kepada Tuhan, kenapa saya rasanya sulit sekali mendapatkan hal tersebut, padahal orang lain dengan mudahnya mendapatkan hal tersebut dalam waktu yang singkat.

Saya pernah iseng bertanya kepada suami saya, pernah gak sih ay iri dengan orang lain? Suami saya menjawab pernah, ya namanya juga manusia. Namun ia bilang, kalo kata umar kita cuma punya dua senjata, sabar dan syukur. Jadi mungkin saat in kita emang lagi dcoba dalam posisi sabar, tapi insya Allah ada saatnya kita berada di posisi kesyukuran.

Insya Allah saatnya akan tiba, saat dimana saya mengandung, melahirkan, dan menyusui. Saat dimana suami saya merasa bahagia dengan sambutan anak saat ia pulang kerja.

Iya, insya Allah saatnya akan tiba.




sumber: kolombatasa.co.id


Ceritanya saya lagi kesambet pengin nulis hasil refleksi dari ikutan kelas di coursera, kelas tentang “The Clinical Psychology of Children and Young People”. Nah, kebetulan udah masuk minggu ke-empat, minggu yang ngebahas seputar remaja dan seabreg permasalahan yang dihadapinya. 

Lecture dimulai dengan menanyakan pendapat beberapa orang, sebenarnya umur berapa sih bisa dikategorikan remaja? Jawabannya bervariasi, ada yang bilang umur 12 ke atas, 13-17, dsb. Lalu pertanyaan dilanjutkan, mau gak ngulang masa remaja? Dan, jeng..jeng.... semua orang yang ditanyakan kompak menjawab ENGGAK MAU. Well, kenapa gitu pada gak mau ngulang masa remaja? Beberapa bilang masa remaja itu adalah masa yang penuh tekanan, akademik, hubungan dengan teman, tertekan sama guru, sama orangtua, bahkan masa rawan mengalami yang namanya bullying, stress sama penampilan, stress sama pendapat orang lain, dan sebagainya, dan sebagainya.

Iya juga sih, kalo saya ditanya kek gitu juga jawaban saya BIG NO, hahaha. Pasalnya saya juga pernah ngalamin rasanya tersingkir atau diremehkan sama teman waktu SMP, diremehkan karena saya berasal dari keluarga menengah ke bawah (nyahaha, sakit hati banget waktu itu ampe nangis). Makannya saya gak mau ngulangin masa-masa itu, huhu.

Oke, itu tadi sekedar curcol, mari kita lanjutkeun. Jadi sebenernya umur berapa sih yang dikategorikan remaja? Setelah buka buku Child Development karangan Laure E.Berk, ketemu deh tuh kalau katanya masa remaja itu berada di rentang umur 11-18 tahun (Ginian aja masa lupa sih lo, put? Hahaha). Masa remaja ini ternyata emang bener masa rawan, kenapa? Karena masa remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Ada tiga hal yang diperhitungkan pada masa ini, yaitu perubahan fisik, perkembangan otak, dan juga hubungan antarpribadi. Yuk mari kita bahas satu-satu.

Perubahan fisik, pastinya udah tau donk apa-apa yang terjadi di masa ini, yup perubahan fisik meliputi bentuk tubuh dan juga besarnya, hehe. Nah ternyata para peneliti masih berdebat apakah perubahan fisik ini akan berakibat pada self esteem dan body image remaja. Namun kalo kata para peneliti lagi, para remaja yang merasa bahwa pubernya (yang dia alami) lebih cepat atau telat, dan membandingkannya dengan peer groupnya maka para remaja inilah yang ditemukan mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri (atuhlah makannya gak usah dibanding-bandingin, nyak).

Untuk perkembangan otak, ternyata memang di masa remaja otak juga mengalami perkembangan loh. Mungkin kita pernah melihat (atau mengalami, hihi) para remaja yang bertindak impulsif, berani mengambil risiko, serta emosinya yang meledak-ledak. Nah, ternyata menurut penelitian neuroscience¸ prefrontal cortex-nya remaja memang belum berkembang sempurna dan memang belum terkoneksi dengan baik (prefrontal cortex pada otak orang dewasa adalah bagian yang membantu menjaga perilaku yang mengarahkan pada tujuan, orientasi masa depan, menenangkan emosi yang meluap, dan juga mempertimbangkan perilaku berisiko yang kita lakukan). So, karena memang belum berkembang dan berkoneksi sempurna, makannya para remaja ini menemui kesulitan untuk mengatur hal-hal ini.

Perubahan fisik dan perkembangan otak ini juga mengarahkan hubungan antarpribadi remaja, baik pada keluarga maupun peer. Perkembangan hubungan antarpribadi ini emang menjadi tahap kunci pada perkembangan di masa remaja. Remaja menjadi lebih berorientasi pada peer-nya, individuate dan memisahkan diri, merasa lebih mandiri dari keluarga mereka, dan membentuk identitas diri. Hubungan antarpribadi ini juga menjadi titik kritis karena beberapa kerentanan dan resiliensi psikologis juga terlahir dari sini. Jadi, memang masa remaja merupakan masa menantang terhadap hubungan interpersonal, baik terhadap keluarga, institusi seperti sekolah, dan berbagai konteks yang dihadapinya. Juga masa remaja merupakan masa perjuangan terhadap identitas, konformitas, dan juga keberbedaan (dari yang lain) –dan juga kekhawatiran tentang bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya dalam situasi sosial. Dari semua tantangan yang dihadapi remaja tersebut, bagi yang mampu melewatinya maka ia akan memiliki kesehatan mental yang baik. Namun, bagi yang tidak maka permasalahan kesulitan kesehatan mental akan menghampiri remaja, beberapa yang umum di antaranya adalah depresi, cemas, gangguan makan, dan juga psikosis. Hal ini akan dibahas lebih lanjut kalau saya tiba-tiba kesambet pengin nulis lagi, hahaha (padahal emang belum dipelajarin :p).

Oke, sekedar penutup dari tulisan ini. Jadi ceritanya saya juga menanyakan ke pak suami pertanyaan “Mau gak ngulang masa remaja?”. Jawaban dia juga sama, “enggak”. Terus saya tanya lebih lanjut, emang dulu masalah apa gitu yang dihadapin? Doi jawab “Apa ya? Enggak ada deh keknya, hmm, sering pindah sekolah aja sih, sempet culture shock, tapi ya enggak gimana-gimana, sebentar aja terus baik-baik lagi”. Terus saya komen “Et dah, lempeng amat a’, hahaha”. Eh ternyata doi lanjut, “Oh ya, salah satu alasan gak mau balik lagi, soalnya kalo sekarang udah ditemenin adek”. (Saya: pasang emot -_-“).

Semoga bermanfaat, paragraf terakhir diabaikan saja ya... :D

Assalamu'alaikum semuanya....

Ini ceritanya saya mau lanjutin cerita dari Pascasarjana UGM #1. Nah dua syarat utama untuk mendaftar di pascasarjana UGM adalah punya sertifikat psikotes Bappenas atau psikotes yang diadain oleh UGM sendiri, namanya PAPs. Selain itu juga udah harus punya sertifikat tes bahasa Inggris macam TOEFL, IELTS, atau bisa juga ikutan tes di FEB UGM, namanya AcEPT.

Sebelum tahun 2014, dua tes ini sudah menjadi satu dengan rangkaian tes dan wawancara ujian masuk UGM, namun tahun ini (2014) dibuat berbeda. Ada untungnya juga sih prosedur tahun 2014, yaitu harus udah punya nilai psikotes dan tes bahasa Inggris. Untungnya adalah kita bisa ambil tesnya jauh-jauh hari sebelum tanggal pendaftaran, jadi hasilnya ketahuan apakah udah memenuhi syarat atau belum. Kalau belum memenuhi standarnya, bisa coba terus. Kalau sudah berhasil memenuhi nilainya, paling enggak kita udah 75% deh mantep. Tinggal nanti jalanin tes wawancara atau tes kekhususan lainnya kalau ada.

Nah, waktu itu saya sendiri mulai ikutan ITP bulan April 2014. Itu sih karena suami saya udah gemes banget, sebenernya nyuruhnya udah dari jaman dahulu kala (lebay :p). Saya ngambil tes ITP-nya di ELTI Jogja. Kalo gak salah ada beberapa tempat penyelenggaran tes ITP ini. Di FEB UGM juga ada deh kalo gak salah. Oh ya, kemarin saya bayar Rp. 300.000 deh buat ikutan tes ini (maap lupa). Nah kalo emang mau lebih murah, bisa ikutan AcEPTnya UGM, bayarnya Rp. 125.000 aja kalo gak salah. Tapi kalo emang niat mau daftar beasiswa sih saya saranin ikutan ITP aja, soalnya ini bisa dipake buat daftar ke berbagai macam institusi. Mahal dikit gak apalah.

Persiapan ikutan ITP saya jalanin selama dua minggu. Tiap pagi sebelum kerja saya coba ngerjain soal-soal grammar. Nah hari sabtu dan minggu baru digeber semuanya, dari listening, grammar, juga structure. Maklumlah ini tes formal pertama yang saya ikutin, jadinya agak cemas sebenernya, dan salah satu coping nya ya dengan belajar :p.

Nilai tes keluar seminggu kemudian. Alhamdulillah nilai saya di atas 500 lebih sedikit. Masih kurang puas sih sebenernya, huhu. Salah satu yang saya sesalkan ikut tes kemarin adalah saya ikut yang tes-nya malam. Udah capek seharian kerja jadinya cuma ngerjain dengan sisa-sisa energi deh, hiks (alasan ini mah sebenernya). Oh ya karena di persyaratan UGM diminta dua salinan untuk nilai tes bahasa Inggris dan psikotest, mending pas nerima hasilnya buru-buru di legalisir deh, soalnya legalisir makan waktu sekitar dua minggu. Biayanya Rp. 250.000 untuk dua salinan. Mahal sih sebenernya, tapi ya mau gimana lagi, hiks.

Nah kalo untuk PAPs bisa daftar di psikologi ugm. Coba aja cek webnya, nanti keliatan jadwalnya ada tanggal berapa aja. Saya sih saran kalo bisa ikutannya di weekend. Ga tau rasanya lebih rileks aja. Kalo oto Bappenas juga bisa dilihat di webnya ya. Kalo seumpama UGM terjangkau dari tempat domisili, saya sih saran ikutan PAPs aja soalnya lebih murah (PAPS 125.000 vs oto Bappenas 400.000). Untuk persiapan PAPs keknya saya belajar sekitar dua minggu juga deh (eh, lebih denk keknya). Mirip lah sama strategi waktu ITP. Tapi enggak tau kenapa tes PAPs ini bikin deg-degan. Mungkin karena ngeliat soal-soal di psikotes Bappenas yang bikin kening berkerut kali ya, hahaha. Emang kerasa lebih menekan karena susyeee. Oh iya, saya belajarnya pake buku persiapan tes oto Bappenas. Ya, namanya juga psikotes, soal-soalnya miriplah. Eh tapi di PAPs UGM, ada soal macam diagram ven gitu sih. Jadi ada pernyataan yang mesti kita gambarkan dengan gambar himpunan bulatan (macam diagram ven-lah).

Hasil dari PAPs akan diumumkan di web-nya juga. Tanggal pengambilannya juga nanti diumumin di webnya. Untuk ngelegalisirnya PAPs ini butuh waktu sekitar dua hari sejak fotocopyan sertifikat aslinya diserahkan ke bagian tata usaha psikologi UGM. Jadi ya abis nerima sertifikat aslinya kita mesti copy sendiri (saya waktu itu bikin lima, kalo gak salah emang minimal lima deh). Di psikologi UGM sayangnya ga ada tukang fotocopy, jadi kamu harus nyebrang ke FISIP dulu. Abis itu bayar ke bagian keuangan (@ Rp. 2500, karena saya legalisir lima maka bayar Rp. 12.500). Terus kasih deh fotocopyan kita ke bagian TU. Bagian keuangan dan TU ini ada di gedung A. Balik lagi dua hari setelahnya untuk ngambil legalisirnya. Agak rempong sih buat yang gak domisili di Jogja :(.

Oke deh segini aja dulu ya. Oh ya tadi kan di atas saya nyebutin enaknya tes TOEFL ITP dan PAPS ga masuk rangkaian UM UGM adalah kita bisa coba terus sampai memenuhi standar persyaratan. Nah, ga enaknya adalah rempong booo, hahaha. Iyalah, ini beruntung aja saya berdomisili di Jogja setahun terakhir ini. Coba kalo di luar Jogja, mesti bolak-balik berapa kali itu, :D.

Eh lupa, Alhamdulillah nilai tes PAPs saya sekali coba sangat memenuhi persyaratan buat daftar. Padahal bada' tes saat ditanya sama pak suami saya cuma bisa pasrah dan bilang "gak tau deh, semoga nilainya memenuhi (syarat)".

Kemudahan tes ITP dan PAPs yang saya jalanin gak lain karena doa dari keempat orangtua, dukungan luar biasa yang diberikan pak suami (yang ngebombardir saya tiap weekend dengan kata-kata "Ayo, Dek belajar" dan dengan semangatnya ngajak saya ke platinum -internet cafe- biar saya ga kegoda sama kasur), dan juga dengan persiapan serta doa yang saya lakukan. Terlebih lagi ni karena kehendak Allah yang memudahkan semua prosesnya, Alhamdulillah.

Sampai jumpa di postingan selanjutnya....


Pengin sharing tentang segala macam yang berhubungan dengan pendaftaran dan seleksi pascasarjana UGM.
Berhubung tahun ini prosedurnya beda dari tahun-tahun berikutnya, berikut akan saya jelaskan:

1. Lihat persyaratan peserta di web UM UGM. Salah satu yang paling krusial adalah IPK S1. Untuk yang akreditasi programnya A, IPK harus lebih dari 2,5; untuk yang akreditasinya B, IPK harus lebih dari 2,75; Untuk yang akreditasinya C, IPK harus lebih dari 3.

Nah akreditasi ini bisa dibuktikan dengan fotokopi sertifikal fakultas (atau program studi) yang telah dilegalisasi. Biasanya mintanya ke bagian pendidikan akademik masing-masing fakultas. Kalo saya waktu itu mintanya ke bagian dekanat, etapi karena baru aja pembaharuan akreditasi (setelah sekian lama kagak diurusin update-annya) jadinya dekanat belum punya sertifikatmya, hahaha. Akhirnya ngomong sama bagian pendidikan fakultas di UGM yang saya tuju, dan ceritain kasus saya ini. Alhamdulillah bukti fotokopinya bisa diganti dari hasil comotan di situs ban pt. hahahaha.

2. Ini syarat yang krusial lagi, yaitu harus udah punya nilai tes potensi akademik (TPA) Bappenas atau TPA yang diadain oleh psikologi UGM (yang masih berlaku), dikenal dengan PAPs. Bagi yang belum punya bisa tes jauh-jauh hari sebelum masa pendaftaran berlangsung, karena kedua sertifikat ini bisa berlaku sampai 2 tahun. Selain punya nilai TPA, pendaftar juga harus punya nilau hasil ujian tes English, bisa TOEFL ITP atau IBT (yang diakui oleh IIEF), nilai IELTS (diakui oleh IDP), atau AcEPT-nya UGM. Minimal nilainya harus setara dengan 450 pada ITP.

Jadi ga akan ada tuh tes tertulisnya lagi karena udah punya ini. Kecuali kalo program studi tujuannya mensyaratkan tes tambahan ya. Ini ada enaknya ada enggaknya. Nanti bakal diceritain lebih lanjut deh ya di postingan selanjutnya.

Nah, kalo udah punya itu semua, tinggal daftar deh. Oh ya jangan lupa sih syarat berkas-berkas lanjutan kayak surat rekomendasi dari dua orang dosen atau atasan, surat keterangan sehat dari puskemas atau RS, plus rencana pendaftar pasca lulus. Info lebih lanjut bisa kunjungi situs um.ugm.ac.id ya...

Oke, sekian dulu. Akan berlanjut di cerita berbagai kerempongan saya dalam menyiapkan semua persyaratan tersebu, hihihi.

Sampai jumpa......!




Dulu, ketika employment pass aa' di-reject sama MOM (Ministry of Manpower) Singapura, saya sempat bertanya-tanya kenapa. Namun setelahnya saya sadar, itu cara Allah memberi tahu kami bahwa kami mempunyai teman-teman yang luar biasa di sana (Singapura), yang mau dimintai tolong, meminjamkan hartanya untuk biaya hidup kami sampai aa' apply kerja dan di-approve EP-nya. Yap, dan benar saja dipenghujung kepasrahan saya tiba-tiba saja aa' dapet panggilan kerja lagi, dan setelah melewati drama sempat dimarahin sama pihak imigrasi karena terlalu lama berada di Singapur dengan visit pass, toh akhirnya masalah peng-approve-an EP beres juga (dan Alhamdulillah kami juga berhasil mengembalikan semua yang kami pinjam kepada saudara-saudara kami itu sedikit demi sedikit).

Dulu, ketika kena 'teror' sama loan shark gegara utang yang dimiliki owner HDB yang kami tempatin, saya sempat ngebatin, ko ada-ada aja ya? :D, tapi sekarang saya menyadari Allah tuh mau nunjukin pembelajaran berharga sama kami bahwa terlibat dengan yang namanya rentenir itu gak pernah enak sama sekali, bikin strees, dan bikin senewen, hahaha (padahal itu bukan kami yang berutang, tapi tetep senewennya sama).

Dulu, ketika gagal (belum diterima) kerja di salah satu sekolah bergengsi di Jakarta saya sempet kecewa, bahkan jadi merendah, emang gw sejelek ini ye ampe gak keterima di itu sekolah? Namun, kemudian saya sadar kalo Allah tuh emang nyurus saya buat ga LDR-an sama suami. Biar bisa ngedampingin suami membangun usahanya di Jogja; Biar saya semakin belajar memperbaiki bahasa Inggris saya; dan juga biar saya gak stress menghadapi kemacetan di Jakarta :p.

Dan ketika sampai saat ini kami masih belum dikarunia keturunan, kini saya sadar, mungkin Allah emang ngasih waktu buat kami fokus dulu di cita-cita kami. Biar usahanya aa' (dan teman-teman founder lainnya) itu besar dulu, biar kami semakin banyak menambah bekal kami untuk menjadi orangtua, dan juga biar saya bisa nempuh pendidikan psikolog dulu. Insya Allah ini cuma penundaan Allah saja. Kelak pada saatnya, di waktu yang tepat dan terbaik kami bisa memiliki keturunan yang shalih dan shalihah. Yang penting ikhtiarnya dan juga doanya jalan teruuuuus.

DO YOUR BEST AND LET GOD DO THE REST 

Mohon doanya supaya kuliah saya berjalan lancar dan usaha suami saya (dan kawan-kawannya) juga semakin barakah dan berjaya :)



Hahaha, gak banget ya judulnya? Tapi ini serius, tiba-tiba gara-gara baca buku Feist & Feist lagi saya jadi kesengsem sama pemikiran Adler (dibanding Freud dan Jung, maklum baru tiga tokoh itu yang dibaca lagi :p).

Ga tau, rasanya pemikiran-pemikirannya itu asa 'nyambung' gitu sama apa yang saya juga pikirkan (clique gitu di hati ceritanya). Apalagi tentang pemikiran perlakuan terapinya terhadap anak dan orangtua, Adler berpendapat kalo ada masalah sama anaknya itu, orangtua jangan 'disalahin', tapi diterima keluh kesahnya dan didorong agar mereka mampu merubah perlakuannya terhadap anak. Selain hal tersebut, saya juga suka sama konsep social interest-nya. Salah satu pendapatnya Adler, manusia yang sehat secara psikologis adalah manusia yang memiliki minat sosial yang tinggi.

Udah sih mau cerita gitu aja, gak mau panjang lebar, hahaha. Tapi emang kebangetan ya saya, menyadari Adler itu keren malah pas udah lulus kuliah, dulu  kemane aje lo, Put? Kebanyakan baca 'handout' doang kali ye? Wkwkwkwk 

Ini saya kutip satu quote dari Adler
“Trust only movement. Life happens at the level of events, not of words. Trust movement.” 
― Alfred Adler

Ayo, untuk jadi sukses, mari kita beraksi (jangan kebanyakan omong doang ya). Mari belajar lagi!




Saya tak pernah tahu rasanya dijajah,
Maka saya tak bisa membayangkan nyeri yang melanda ketika rumah yang dibangun dengan susah payah dibuldoser dengan paksa; pergi dan terusir dari tanah kelahiran dan tak tahu lagi kemana harus melangkah.

Saya tak pernah tahu rasanya diblokade,
Maka saya tak bisa membayangkan bagaimana sulitnya mencari air untuk melepaskan dahaga; menjelajahi pengapnya terowongan yang minim udara demi mengenyangkan keluarga; menyiasati penerangan dan pemanfaatan hanya dengan pasokan listrik yang seadanya.

Saya tak pernah tahu rasanya dibombardir,
Maka saya tak bisa membayangkan bagaimana rasanya mendengar dentuman bom yang jatuh bertubi-tubi; merasakan kerapuhan melihat hancurnya tubuh orang yang dicintai.

Maka setelah tidak ada seujung kuku pun saya mengalami derita yang dirasakan rakyat Palestina, khususnya Gaza, masih pantaskah saya menilai bahwa ini salah Hamas semata?

Setelah pembantaian Sabra Shatila, Jenin yang membara, ribuan pengungsi yang terlunta, dan tentu saja Aqsa yang masih tersandera lantas saya bersuara "Hei, Israel kan hanya membela diri, siapa suruh Hamas 'caper' ngirim roket ke wilayahnya?"


*Tulisan ini dibuat atas kesakit-hatian yang saya rasakan melihat komentar yang entah saya anggap tidak berimbang atas apa yang sekarang terjadi di jalur Gaza

Saya sadar, betapapun saya bukan orang yang mudah berbicara di depan umum, bukan pula orang yang mudah membina rapport dengan orang yang baru ditemui

Saya juga bukan orang yang pintar dan runut dalam menulis, bukan pula seorang yang kreatif yang dapat menemukan ide dan menuliskannya dengan lancar....

Namun, meski begitu saya mau berusaha, mau belajar untuk menutupi kekurangan-kekurangan tersebut
Demi sebuah pencapaian cita-cita, demi mengejar segala asa....

Semoga dipermudah semuanya, mumpung Ramadhan mari banyak-banyak berdoa

Do your best and let God do the rest


*Mohon doa untuk kelancaran tes tahap akhir tanggal 14 dan 15 Juli dalam perjuangan menjemput impian ini, semoga lancar semuanya dan yang terpenting hasilnya sesuai dengan keinginan saya dan keridhoan Allah tentunya :)




Do you know when your friend in a whatsapp group talking about her pregnancy (that you also really want to be like her so long), then everybody gave a congratulation for her, then you try to give (also)  a congratulation for her, although you felt was like a heartbreaking? It's really hard you know, really...really hard.

*Semoga kesabaran dan kesyukuran tidak pernah lepas dari diri, bahkan selalu bertambah dan ditambah-tambah....

When I look into your eyes, I see my happy future. The days spent with you have been the most beautiful days of my life and if I had to do it all over again, I would still choose you as my loving husband. -Leona Wilson-

And this is also for you, my lovely @deltawidyangga






Selalu ada masa di mana sepertinya:
hati buncah kesal gak karuan
rasanya pengin ngeluarin air mata tapi ga tau juga kenapa sebabnya
jiwa yang sesak, ngerasa diri paling menderita

Semoga kalo mereka lagi datang, saya bisa mengatasinya dengan baik.
Selalu, semoga....
Kali ini saya mau ngasih apresiasi buat diri sendiri karena udah:

1. Mandi sehabis sholat subuh (harusnya sebelum yak, tapi gak apa, haha)
2. Masak nasi pagi-pagi
3. Belajar sampe jam enam pagi
-istirahat 15 menit-
4. Mulai bikin sayur sop (tahu) buat sarapan dan bekel saya (kebetulan aa' terlanjur pesen katering di sebelah kantornya)
5. Goreng ikan tuna ditepungin sambil multitasking bikin jus mix strawberry dan apel
6. Nyiap-nyiapin buat sarapan dan bawa bekel
7. Sarapan dengan porsi lumayan ditambah ngabisin jusnya (biasanya saya cukup kalo minum jus aja).

Alhamdulillah aktivitas tersebut ternyata ngebawa mood happy sampe sekarang.

Semoga tetep istiqomah dan gak males-malesan lagi buat mengerjakan sederet aktivitas itu di pagi hari.

Prok..prok...wush... buat diri sendiri :D
Prok..prok..prok..wusssh!

Baca postingan ini di page Gamis Syar'i Makkah langsung mberes mili:


Aku sudah lulus dari kuliah dan sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus.
Lamaran kepada diriku untuk menikah juga mulai berdatangan, akan tetapi aku tidak mendapatkan seorangpun yang bisa membuatku tertarik.
Kemudian kesibukan kerja dan karir memalingkan aku dari segala hal yang lain. Hingga aku sampai berumur 34 tahun.
Ketika itulah aku baru menyadari bagaimana susahnya terlambat menikah.
Pada suatu hari datang seorang pemuda meminangku. Usianya lebih tua dariku 2 tahun. Dia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Tapi aku ikhlas menerima dirinya apa adanya.
Kami mulai menghitung rencana pernikahan. Dia meminta kepadaku photo copy KTP untuk pengurusan surat-surat pernikahan. Aku segera menyerahkan itu kepadanya.
Setelah berlalu dua hari ibunya menghubungiku melalui telepon. Beliau memintaku untuk bertemu secepat mungkin.
Aku segera menemuinya. Tiba-tiba ia mengeluarkan photo copyan KTPku. Dia bertanya kepadaku apakah tanggal lahirku yang ada di KTP itu benar?
Aku menjawab: Benar.
Lalu ia berkata: Jadi umurmu sudah mendekati usia 40 tahun?!
Aku menjawab: Usiaku sekarang tepatnya 34 tahun.
Ibunya berkata lagi: Iya, sama saja. Usiamu sudah lewat 30 tahun. Itu artinya kesempatanmu untuk memiliki anak sudah semakin tipis. Sementara aku ingin sekali menimang cucu.
Dia tidak mau diam sampai ia mengakhiri proses pinangan antara diriku dengan anaknya.
Masa-masa sulit itu berlalu sampai 6 bulan. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi melaksanakan ibadah umrah bersama ayahku, supaya aku bisa menyiram kesedihan dan kekecewaanku di Baitullah.
Akupun pergi ke Mekah. Aku duduk menangis, berlutut di depan Ka'bah. Aku memohon kepada Allah supaya diberi jalan terbaik.
Setelah selesai shalat, aku melihat seorang perempuan membaca al Qur'an dengan suara yang sangat merdu. Aku mendengarnya lagi mengulang-ulang ayat:
(وكان فضل الله عليك عظيما)
"Dan karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar". (An Nisa': 113)
Air mataku menetes dengan derasnya mendengar lantunan ayat itu.
Tiba-tiba perempuan itu merangkulku ke pangkuannya. Dan ia mulai mengulang-ulang firman Allah:
(ولسوف يعطيك ربك فترضي)
"Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas". (Adh Dhuha: 5)
Demi Allah, seolah-olah aku baru kali itu mendengar ayat itu seumur hidupku. Pengaruhnya luar biasa, jiwaku menjadi tenang.
Setelah seluruh ritual umrah selesai, aku kembali ke Cairo. Di pesawat aku duduk di sebelah kiri ayahku, sementara disebelah kanan beliau duduk seorang pemuda.
Sesampainya pesawat di bandara, akupun turun. Di ruang tunggu aku bertemu suami salah seorang temanku.
Kami bertanya kepadanya, dalam rangka apa ia datang ke bandara? Dia menjawab bahwa ia lagi menunggu kedatangan temannya yang kembali dengan pesawat yang sama dengan yang aku tompangi.
Hanya beberapa saat, tiba-tiba temannya itu datang. Ternyata ia adalah pemuda yang duduk di kursi sebelah kanan ayahku tadi.
Selanjutnya aku berlalu dengan ayahku.....
Baru saja aku sampai di rumah dan ganti pakaian, lagi asik-asik istirahat, temanku yang suaminya tadi aku temui di bandara menelphonku. Langsung saja ia mengatakan bahwa teman suaminya yang tadi satu pesawat denganku sangat tertarik kepada diriku. Dia ingin bertemu denganku di rumah temanku tersebut malam itu juga. Alasannya, kebaikan itu perlu disegerakan.
Jantungku berdenyut sangat kencang akibat kejutan yang tidak pernah aku bayangkan ini.
Lalu aku meminta pertimbangan ayahku terhadap tawaran suami temanku itu. Beliau menyemangatiku untuk mendatanginya. Boleh jadi dengan cara itu Allah memberiku jalan keluar.
Akhirnya.....aku pun datang berkunjung ke rumah temanku itu.
Hanya beberapa hari setelah itu pemuda tadi sudah datang melamarku secara resmi. Dan hanya satu bulan setengah setelah pertemuan itu kami betul-betul sudah menjadi pasangan suami-istri. Jantungku betul-betul mendenyutkan harapan kebahagiaan.
Kehidupanku berkeluarga dimulai dengan keoptimisan dan kebahagiaan. Aku mendapatkan seorang suami yang betul-betul sesuai dengan harapanku.
Dia seorang yang sangat baik, penuh cinta, lembut, dermawan, punya akhlak yang subhanallah, ditambah lagi keluarganya yang sangat baik dan terhormat.
Namun sudah beberapa bulan berlalu belum juga ada tanda-tanda kehamilan pada diriku. Perasaanku mulai diliputi kecemasan. Apalagi usiaku waktu itu sudah memasuki 36 tahun.
Aku minta kepada suamiku untuk membawaku memeriksakan diri kepada dokter ahli kandungan. Aku khawatir kalau-kalau aku tidak bisa hamil.
Kami pergi untuk periksa ke seorang dokter yang sudah terkenal dan berpengalaman. Dia minta kepadaku untuk cek darah.
Ketika kami menerima hasil cek darah, ia berkata bahwa tidak ada perlunya aku melanjutkan pemeriksaan berikitnya, karena hasilnya sudah jelas. Langsung saja ia mengucapkan "Selamat, anda hamil!"
Hari-hari kehamilanku pun berlalu dengan selamat, sekalipun aku mengalami kesusahan yang lebih dari orang biasanya. Barangkali karena aku hamil di usia yang sudah agak berumur.
Sepanjang kehamilanku, aku tidak punya keinginan mengetahui jenis kelamin anak yang aku kandung. Karena apapun yang dikaruniakan Allah kepadaku semua adalah nikmat dan karunia-Nya.
Setiap kali aku mengadukan bahwa rasanya kandunganku ini terlalu besar, dokter itu menjawab: Itu karena kamu hamil di usia sudah sampai 36 tahun.
Selanjutnya datanglah hari-hari yang ditunggu, hari saatnya melahirkan.
Proses persalinan secara caesar berjalan dengan lancar. Setelah aku sadar, dokter masuk ke kamarku dengan senyuman mengambang di wajahnya sambil bertanya tentang jenis kelamin anak yang aku harapkan.
Aku menjawab bahwa aku hanya mendambakan karunia Allah. Tidak penting bagiku jenis kelaminnya. Laki-laki atau perempuan akan aku sambut dengan beribu syukur.
Aku dikagetkan dengan pernyataannya: "Jadi bagaimana pendapatmu kalau kamu memperoleh Hasan, Husen dan Fatimah sekaligus?
Aku tidak paham apa gerangan yang ia bicarakan. Dengan penuh penasaran aku bertanya apa yang ia maksudkan?
Lalu ia menjawab sambil menenangkan ku supaya jangan kaget dan histeris bahwa Allah telah mengaruniaku 3 orang anak sekaligus. 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.
Seolah-olah Allah berkeinginan memberiku 3 orang anak sekaligus untuk mengejar ketinggalanku dan ketuaan umurku.
Sebenarnya dokter itu tahu kalau aku mengandung anak kembar 3, tapi ia tidak ingin menyampaikan hal itu kepadaku supaya aku tidak merasa cemas menjalani masa-masa kehamilanku.
Lantas aku menangis sambil mengulang-ulang ayat Allah:
(ولسوف يعطيك ربك فترضى)
"Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas". (Adh Dhuha: 5)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
(وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا )
"Dan bersabarlah menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami..." (Ath Thur: 48)
Bacalah ayat ini penuh tadabbur dan penghayatan, terus berdoalah dengan hati penuh yakin bahwa Allah tidak pernah diam tidak akan pernah menelantarkanmu.
Repost dari group sebelah, diambil dari kisah nyata. Bila ada manfaatnya silahkan di-share. Jazakumullahu khairan.

Iya, insya Allah semua ada waktunya, ada jalannya, ada kesempatannya.... 

Diulang dan dipatri lagi di hati dalem-dalem:
(ولسوف يعطيك ربك فترضى)
"Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas". (Adh Dhuha: 5)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
(وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا )
"Dan bersabarlah menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami..." (Ath Thur: 48)



Ada doa yang kini menjadi favorit saya: 

"Allahumma laa sahla illa maa ja'altahu sahlaa, wa anta taj'alul hazna idza syi'ta sahlaa"

Artinya:[Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah]




Jadi ya ceritanya hari minggu kemarin, tanggal 4 Mei, saya nemenin Risma (temen satu universitas) wisata kota di Jogja. Sebenernya saya juga belum pernah menjelajahi tempat-tempat di kota jogja sih, makannya sebelumnya saya disclaimer duluan sama Risma kalo saya juga gak tau-tau amat tentang Jogja, jadi harus siap nyasar :p.

Nah hari itu janjianlah kami untuk ketemuan di halte Transjogja Malioboro 2. Yup kali ini kami akan ngebolang dengan berjalan kaki, mbecak, dan transjogja. Tempat-tempat tujuan kami adalah:
1. Lumpia di depan hotel Mutiara yang katanya enak banget
2. (museum) Benteng Vedeburg
3. (mbecak) ke Taman Sari
4. Raminten yang di Kotabaru (tempat makan terkenal di Jogja)
5. Museum Affandi (Jalan Solo)

Destinasi pertama gagal karena mas lumpianya belum buka, haha. Mulailah kami berjalan menyusuri jalan Malioboro untuk pergi ke Vedeburg. Di sini si penjual tiket sempet ngecein (becandain) saya. Dibilangnya harga tiket masuknya 20.000, eh gak taunya cuma 2000, hahaha.

Fotonya gantian jadi ga ada foto berdua sama Risma, haha

Vedeburg sendiri berisi bermacam diorama-diorama dari mulai masa pra-kemerdekaan sampai pasca kemerdekaan, Bagus banget buat belajar sejarah. Akan tetapi sayangnya tempatnya panas, huhu. Kenapa? Masalahnya desain bangunannya itu tertutup dan memang di desain untuk ruangan AC, tapi ya itu, ACnya dimatiin, hahahaha.

Setelah mengelilingi Vedeburg akhirnya kami menuju pangkalan bapak becak untuk pergi ke Taman Sari. Saya coba menawar pake bahasa jawa, dan ternyata saya berhasil sepenuhnya make bahasa jawa, hahaha. Lumayan, dari yang tadinya tarif 20.000 ke taman sari jadi 15.000 saja.

Mulailah kami menaiki mbecak untuk menuju Taman Sari. Si bapak mbecak menawarkan kami terlebih dahulu untuk mampir ke tempat membeli oleh-oleh. Tapi karena Risma udah beli baju, jadinya kami langsung menuju Taman Sari.

Nah di Taman Sari ini kami sempet bingung, yang mana sih sebenernya tempat wisatanya, hahahaha. Masalahnya Taman Sarinya itu bercampur sama pemukiman warga, udah gitu kagak ada tanda atau papan petunjuk arahnya. Mulailah kami nanya-nanya dan sok-sok-an ngikutin orang-orang yang ada di sana. Oh dan ternyata ketemu situs masjid bawah air. Saya jujur baru tahu ternyata bangunan yang saya kira selama ini adalah taman air di dalam gua ternyata masjid. Diam-diam kami mengikuti seorang guide yang sedang menjelaskan asal usul taman sari. Sayang banget di Taman Sarinya sendiri gak ada penjelasan detailnya, jadinya ya gitu deh banyak orang yang ga tahu kegunaan tiap struktur di dalamnya. Ada yang berguna untuk menahan gempa, jadi sumur tempat wudhu, lantai sholat yang diluarnya ternyata dikelilingi air, dsb.
diambil dari: http://travel.detik.com/read/2012/05/25/173214/1925010/1025/syahdunya-masjid-bawah-tanah-di-taman-sari-yogya
Setelah puas ngunjungin situs masjid tersebut yang gak terawat dengan baik (masalahnya kami sempat mencium bau kotoran unggas di sana), kami balik lagi ke pangkalan abang becak. Iya kami gak berhasil nemuin tempat pemandian keratonnya, haha. Karena udah panas dan males juga akhirnya diputuskan untuk langsun ke Raminten saja. Saya tetap menawar pake bahasa jawa, tapi ternyata tarif pulang itu lebih mahal soalnya jalannya nanjak. Jadi kami kena 20.000 untuk sampai menuju halte transjogja di taman pintar. Dalam perjalanan kami (risma tepatnya) mampir dulu untuk membeli oleh-oleh.

Ini yang gak berhasil kita temuin. Gambar diambil dari http://en.wikipedia.org/wiki/File:Jogjakarta,_January_2007.jpg

Tibalah di halte transjogja sisi taman pintar (atau halte senopati 2). Nah, untuk menuju ke Raminten kami menaiki transjogja jalur 2A sampai halte smp 5, kemudian dilanjutkan bus jalur 3A turun cuma satu halte setelahnya. Tarifnya hanya 3000 rupiah saja loh. Alhamdulillah kemarin ga sampe nunggu lama di haltenya. Biasanya saya bisa nunggu ampe hampir setengah jam soalnya, hahaha.

gambar diambil dari: http://www.yogyes.com/en/places/650/place.jpg

Nah di Raminten ini suasananya agak seru mistis gimana gitu.

logo raminten
 Mau tau cerita selengkapnya,  nantikan cerita selanjutnya ya....

Nemu ginian di status FB orang, nasehat sepanjang massa untuk siapa saja. Di copy biar terdokumentasi :")

“Pada apa yang kita gagal meraihnya, tak perlu bebani diri, apalagi sampai mendikte Allah: Seolah-olah Allah tak mengetahui usaha keras yang telah kita lakukan. Seolah-olah Allah tak berlaku adil kepada kita. Seolah-olah kita lebih tau tentang yang terbaik untuk kehidupan kita…”
Jangan Membebani diri kita dengan apa yang tidak kita punya..

Majalah Tarbawi
edisi 312
Ya, ini pertama kalinya A' Delta (dan dua orang lainnya) dapet tugas ke luar negeri, ya gak jauh-jauh dari Singapur sih, hehe. Ceritanya diamanahin tugas buat ngisi workshop android bagi anak-anak melayu yang secondary school dan junior collage yang lagi reses (libur tengah semester) selama 3 hari, dari 15-17 Maret insya Allah. Acara ini diprakarsai oleh Mendaki Club yang bekerja sama dengan onesixoneeight a.ka Qiscus.


sumber dari page mendaki club @fb


Terus keliput (lagi) deh sama media melayu di sana (Alhamdulillah), kali ini keliputnya di media visual, ini linknya di sini. Dan liputan media cetaknya ada juga di channelnewsasia, di sini.

Oh ya, di situ juga dihadiri sama menteri Perhubungan dan Penerangannya Singapura, Dr. Yacoob Ibrahim. Di video itu gak tau ngerasanya menterinya humble banget deh, mau berbaur dan bahkan jongkong (posisinya a' delta dan mas oki, rekannya duduk di kursi yang ada mejanya -ditempati laptop-, karena ga ada kursi jadinya beliau jongkok gitu) waktu diterangin tentang coding android.

Waktu itu kami juga pernah ketemu menteri apa gitu ya, saat acara buka puasa sama para lansia, kebetulan perwakilan organisasi muslim tiap negara diundang. Waktu itu orang Indonesia yang dateng 5 orang kalo gak salah. Nah itu menterinya juga humble banget, kayak ga ada jarak n protokoler ribet-ribet. Mungkin karena acara sesama melayu kali ya jadinya lebih santai. Tapi emang tetep suka sama ke-humble-annya menteri-menteri itu. :)

Oke, gitu aja deh ceritanya. Mohon doanya supaya acaranya lancar dan perjalanan suami saya sampai ke Jogja kamis nanti juga lancar. Aamiin, insya Allah.

Semangaaaat

sumber dari page mendaki club @fb

Setelah episode kegalauan geje kemarin akhirnya saya udah mulai bisa lebih rileks, hehe. Kenapa gitu tiba-tiba? Ini buah dari silaturahim ke blog orang (tuuuh, bahkan silaturahim di rumah dumay juga ada rezekinya tersendiri).

Sekarang pengin coba lebih pasrah, lebih ikhlas, dan lebih ikhtiar agar saya bisa memutuskan segala keputusan yang terbaik. Cita-cita pengin diriin enrichment centre, entah itu buat bayi, toddler, atau children sekalian alhamdulillah semakin mantap. Tinggal cari ilmuya, ngumpulin modalnya, rencanain, dan eksekusi. Insya Allah semoga di jarak kurang atau sama dengan dari lima tahun bisa terwujud semuanya.

Terus juga mulai mikirin tentang kelanjutan berkunjung ke dokter buat program hamil. Sepertinya orangtua sudah mulai gemes sama kami yang keknya masih nyantai-nyantai aja (padahal mah ya.... (isi sendiri).

Oke, Bismillah. Semoga semuanya berjalan lancaaarrr.... aamiin. :)
Oh meeen, ini lagi-lagi tulisan tentang apa yang sebenernya saya mau.

Sungguh, saya iri seiri-irinya sama pak suami yang udah nemu the real passion-nya, apalagi kalo bukan all about coding. Sedangkan saya? Ih saya masih belum jelas dan masih gegalauan sebenernya saya mau jadi apa sih di lima tahun mendatang?

Gegalauan ini juga jelas disponsori sama ketakutan-ketakuan yang menyelimuti saya ketika mau melangkah. Oooooh, meeen, iya bener saya suka anak-anak, dan pengin berkecimpung di dunia anak, tapi apa profesi saya sekarang? jadi editor buku pelajaran, which is ini sama sekali jelas gak mengasah kemampuan saya dalam dunia pendidikan anak usia dini.

Mau nerusin kuliah? Iya, mau, tapi karena faktor kegalauan dan kedudulan saya mengenai the real passion sayanya jadi ragu mau ngambil kuliah apa. Mau ambil profesi psikolog anak, etapi ngebayangin LDR itu pasti jadi tantangan besarnya, ditambah biayanya yang akan aduhai kalo saya kuliah di UI tercinta. Mau ambil jurusan terapan psikologi pendidikan anak usia dini, etapi sama kayak sebelumnya, LDR jadi tantangan besar, selain itu saya takut nanti gak bisa melangkah dan mengambil keputusan lebih jauh untuk mendirikan preschool pasca lulus nanti.

Jelas saya butuh melepaskan segala ketakutan-ketakutan yang jelas-jelas menghambat 'langkah' ke depan. Takut gagal, takut biayanya gak nyampe, takut gak fokus karena LDR, dan berbagai macam ketakutan lainnya.

Arrrghhh..... ini bener-bener mesti konsultasi beneran sama Sang Pemilik Kehidupan.
Doakan ya semoga keputusan terbaik dapat diambil, karena bulan maret dan april ini bisa jadi adalah masa-masa penentuan mau dibawa kemana langkah ini untuk lima tahun ke depan.


source: www.dwindown.com


Yiiipppiiii.....

Akhirnya ngeblog lagi.

#udahgituaja

Hari ini kami sudah motoran keluar rumah, lengkap dengan masker, jaket, dan helm yang tertutup. Terlihat masyarakat sudah mulai membersihkan debu dari hujan abu vulkanik kemarin. Karena ketebalan debunya maka membersihkannya pun harus menggunakan sekop.

Jalan raya sebagian besar sudah mulai dibersihkan. Tapi tumpukkan debu abu vulkanik masih ada di sisi kiri dan kanan jalan. Genteng-genteng bangunan juga masih berselimut debu tebal, pun padi dan pepohonan.

Udara di jalanan jelas masih membuat sesak. Debu-debu berterbangan berbanding lurus dengan kecepatan kendaraan yang melewatinya. Jika ada mobil berkecepatan tinggi maka wuss..wuss, seketika suasana jadi mirip di film "Silent Hill".

Saya yang baru pertama kali mengalami suasana ini tiba-tiba saja meneteskan air mata. Allah, betapa kuasaMu sungguh besar. Baru satu gunung yang menunaikan hajatnya di Pulau Jawa ini, dan dampaknya bisa seperti ini. Sungguh, manusia itu kecil gak ada apa-apanya.

"Rabbana; atas segala musibah, sesak dada, airmata, jangan halangi alir pahalanya. Ganti tuk kami dari perbendaharaanMu duhai Dzat Maha Kaya.

Kita insyaaLlah lebih mampu bersabar; dengan melatih kesyukuran. Sebagaimana musibah menjadi ringan; ketika besarnya nikmat direnungkan..

Segala puji bagi Allah yang dengan musibah ini menerbitkan harap tinggi; bahwa bangsa & ummat ini kukuh saling mencintai." -Salim A Fillah-

Semoga para penyintas di sekitaran, baik di Gn. Kelud maupun di Gn.Sinabung selalu diberikan pundak yang kuat olehNya.




sumber: 

NewerStories OlderStories Home