Entah kena angin apa, tiba-tiba saya jadi pengin nulis topik tentang dunia per-psikologian. Anggap saja ini latihan
sebelum saya lanjut kuliah lagi tahun depan (Aamiin yang kenceng *maunya gitu).
Yap, kali ini saya mau berbagi
tentang “Perkembangan Linguistik pada Tingkat Taman Kanak-Kanak sampai
Setingkat Kelas 2 Sekolah Dasar”. Mari mulai dengan “Bismillah” (harusnya dari
awal ya dimulai dengan “Bismillah”, :D).
Terdapat beberapa karakteristik khusus pada anak-anak tingkat
TK sampai tingkat 2 sekolah dasar pada perkembangan linguistiknya, yaitu:
- Mengetahui 8.000-14.000 kata pada usia 6 tahun; Memahami beberapa kata dengan sebagian pemahaman yang benar (contohnya kata “hewan” mungkin dipahami oleh anak hanya untuk mereka (hewan) yang memiliki kaki 4).
- Kesulitan ketika memahami kalimat yang kompleks dan panjang (contohnya, kalimat dengan memakai banyak klausa). Dikarenakan hal inilah maka buku untuk anak usia ini HARUS memiliki kalimat yang pendek dan tidak kompleks.
- Pemahaman yang dangkal tentang apa itu “pendengar yang baik”. Mereka hanya memahami mendengarkan yang baik itu berarti duduk diam. Jadi anak-anak umur segini belum bisa mengajukan pertanyaan reflective ketika bercakap-cakap.
- Menginterpretasikan sesuatu secara literal terhadap pesan ataupun permintaan. Contohnya orang tua berkata “Duh, berisik sekali ya”, maka jangan berharap anak menginterpretasikan kalimat itu sebagai “Tolong diam”. Jadi kalau ingin menyuruh anak di umur segini, langsung saja pakai katanya ya, gak usah pake bahasa basa-basi :D.
- Peningkatan kemampuan untuk bercerita, baik oral maupun tulisan.
- Cakap dalam mengucap beberapa kombinasi konsonan (umumnya di bahasa Inggris), seperti r, th, dr, sl, dan str.
- Pemahaman dasar tentang etika berkomunikasi, seperti bergantian saat berbicara, menjawab pertanyaan, dsb.
- Ini yang terakhir, enggan untuk memulai percakapan dengan orang dewasa (catatan: ini berlaku bagi banyak siswa yang berasal dari latar belakang Asia dan orang Meksiko-Amerika). Untuk poin terakhir ini, sepertinya hal ini disimpulkan dari penelitian dengan subjek siswa-siswa di Amerika. Nah, apakah poin ini juga relevan untuk para siswa yang ada di Indonesia? Mari kita coba amati. Umumnya mungkin iya, tapi saya yakin tidak semua. Soalnya saya punya satu keponakan perempuan (4th) yang sering berinisiatif memulai percakapan dengan orang dewasa. Contohnya ketika ia mengantar kami melihat salah satu kost-an di Jogja, saat bertemu dengan penjaga kost tiba-tiba ia berkata, “Bapak namanya siapa? Rumahnya dimana?” dan mengajukan sederet pertanyaan lainnya kalo gak “dipaksa” masuk. Yah, mungkin dia pengecualian :D.
Nah itu tadi beberapa karakteristik perkembangannya.
Sekarang, berikut ada beberapa Strategi yang bisa diaplikasikan untuk
mengembangkan kemampuan linguistik di tingkat ini, yaitu:
- Membaca buku cerita yang cocok untuk menambah kosakata. Syaratnya seperti yang sudah diungkap di atas: kalimat pendek dan tidak kompleks. Contoh buku untuk usia pra-sekolah itu mungkin buku halo balita terbitan Mizan (bukan promosi ya, saya bukan book advisor Mizan ko :D), atau e-book Thalita yang salah satunya karangan Ka Yudith Fabiola.
- Memberikan koreksi umpan balik ketika anak menggunakan kata dengan pemahaman yang salah.
- Melatih kemampuan anak dalam mendengarkan orang lain berbicara, seperti duduk dengan tenang, memberi perhatian, mencoba memahami, dan mengingat apa yang dibicarakan.
- Menanyakan pertanyaan lanjutan untuk memastikan anak menangkap pesan yang dimaksud. Biasanya kalo saya lagi storytelling saya suka menanyakan (sambil mengulang) apa yang sudah diceritakan barusan.
- Yang terakhir, latih anak untuk menceritakan (cerita narasi) tentang kegiatan apa saja yang telah dilakukan baru-baru ini. Misalnya di sekolah ada pentas seni, tanya tentang latihannya gimana, siapa aja yang tampil bersama dia, dsb.
Oke, segini dulu ya sharing-sharingnya.
Semua materi ini diambil dari buku Educational
Psychology 8th Edition karangan Jeanne Ellis Ormrod. Semoga bermanfaat J.
sumber: http://poliglotti4.eu |
E-book-nya bisa di unduh di sini |