Do you know when your friend in a whatsapp group talking about her pregnancy (that you also really want to be like her so long), then everybody gave a congratulation for her, then you try to give (also)  a congratulation for her, although you felt was like a heartbreaking? It's really hard you know, really...really hard.

*Semoga kesabaran dan kesyukuran tidak pernah lepas dari diri, bahkan selalu bertambah dan ditambah-tambah....

When I look into your eyes, I see my happy future. The days spent with you have been the most beautiful days of my life and if I had to do it all over again, I would still choose you as my loving husband. -Leona Wilson-

And this is also for you, my lovely @deltawidyangga






Selalu ada masa di mana sepertinya:
hati buncah kesal gak karuan
rasanya pengin ngeluarin air mata tapi ga tau juga kenapa sebabnya
jiwa yang sesak, ngerasa diri paling menderita

Semoga kalo mereka lagi datang, saya bisa mengatasinya dengan baik.
Selalu, semoga....
Kali ini saya mau ngasih apresiasi buat diri sendiri karena udah:

1. Mandi sehabis sholat subuh (harusnya sebelum yak, tapi gak apa, haha)
2. Masak nasi pagi-pagi
3. Belajar sampe jam enam pagi
-istirahat 15 menit-
4. Mulai bikin sayur sop (tahu) buat sarapan dan bekel saya (kebetulan aa' terlanjur pesen katering di sebelah kantornya)
5. Goreng ikan tuna ditepungin sambil multitasking bikin jus mix strawberry dan apel
6. Nyiap-nyiapin buat sarapan dan bawa bekel
7. Sarapan dengan porsi lumayan ditambah ngabisin jusnya (biasanya saya cukup kalo minum jus aja).

Alhamdulillah aktivitas tersebut ternyata ngebawa mood happy sampe sekarang.

Semoga tetep istiqomah dan gak males-malesan lagi buat mengerjakan sederet aktivitas itu di pagi hari.

Prok..prok...wush... buat diri sendiri :D
Prok..prok..prok..wusssh!

Baca postingan ini di page Gamis Syar'i Makkah langsung mberes mili:


Aku sudah lulus dari kuliah dan sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus.
Lamaran kepada diriku untuk menikah juga mulai berdatangan, akan tetapi aku tidak mendapatkan seorangpun yang bisa membuatku tertarik.
Kemudian kesibukan kerja dan karir memalingkan aku dari segala hal yang lain. Hingga aku sampai berumur 34 tahun.
Ketika itulah aku baru menyadari bagaimana susahnya terlambat menikah.
Pada suatu hari datang seorang pemuda meminangku. Usianya lebih tua dariku 2 tahun. Dia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Tapi aku ikhlas menerima dirinya apa adanya.
Kami mulai menghitung rencana pernikahan. Dia meminta kepadaku photo copy KTP untuk pengurusan surat-surat pernikahan. Aku segera menyerahkan itu kepadanya.
Setelah berlalu dua hari ibunya menghubungiku melalui telepon. Beliau memintaku untuk bertemu secepat mungkin.
Aku segera menemuinya. Tiba-tiba ia mengeluarkan photo copyan KTPku. Dia bertanya kepadaku apakah tanggal lahirku yang ada di KTP itu benar?
Aku menjawab: Benar.
Lalu ia berkata: Jadi umurmu sudah mendekati usia 40 tahun?!
Aku menjawab: Usiaku sekarang tepatnya 34 tahun.
Ibunya berkata lagi: Iya, sama saja. Usiamu sudah lewat 30 tahun. Itu artinya kesempatanmu untuk memiliki anak sudah semakin tipis. Sementara aku ingin sekali menimang cucu.
Dia tidak mau diam sampai ia mengakhiri proses pinangan antara diriku dengan anaknya.
Masa-masa sulit itu berlalu sampai 6 bulan. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi melaksanakan ibadah umrah bersama ayahku, supaya aku bisa menyiram kesedihan dan kekecewaanku di Baitullah.
Akupun pergi ke Mekah. Aku duduk menangis, berlutut di depan Ka'bah. Aku memohon kepada Allah supaya diberi jalan terbaik.
Setelah selesai shalat, aku melihat seorang perempuan membaca al Qur'an dengan suara yang sangat merdu. Aku mendengarnya lagi mengulang-ulang ayat:
(وكان فضل الله عليك عظيما)
"Dan karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar". (An Nisa': 113)
Air mataku menetes dengan derasnya mendengar lantunan ayat itu.
Tiba-tiba perempuan itu merangkulku ke pangkuannya. Dan ia mulai mengulang-ulang firman Allah:
(ولسوف يعطيك ربك فترضي)
"Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas". (Adh Dhuha: 5)
Demi Allah, seolah-olah aku baru kali itu mendengar ayat itu seumur hidupku. Pengaruhnya luar biasa, jiwaku menjadi tenang.
Setelah seluruh ritual umrah selesai, aku kembali ke Cairo. Di pesawat aku duduk di sebelah kiri ayahku, sementara disebelah kanan beliau duduk seorang pemuda.
Sesampainya pesawat di bandara, akupun turun. Di ruang tunggu aku bertemu suami salah seorang temanku.
Kami bertanya kepadanya, dalam rangka apa ia datang ke bandara? Dia menjawab bahwa ia lagi menunggu kedatangan temannya yang kembali dengan pesawat yang sama dengan yang aku tompangi.
Hanya beberapa saat, tiba-tiba temannya itu datang. Ternyata ia adalah pemuda yang duduk di kursi sebelah kanan ayahku tadi.
Selanjutnya aku berlalu dengan ayahku.....
Baru saja aku sampai di rumah dan ganti pakaian, lagi asik-asik istirahat, temanku yang suaminya tadi aku temui di bandara menelphonku. Langsung saja ia mengatakan bahwa teman suaminya yang tadi satu pesawat denganku sangat tertarik kepada diriku. Dia ingin bertemu denganku di rumah temanku tersebut malam itu juga. Alasannya, kebaikan itu perlu disegerakan.
Jantungku berdenyut sangat kencang akibat kejutan yang tidak pernah aku bayangkan ini.
Lalu aku meminta pertimbangan ayahku terhadap tawaran suami temanku itu. Beliau menyemangatiku untuk mendatanginya. Boleh jadi dengan cara itu Allah memberiku jalan keluar.
Akhirnya.....aku pun datang berkunjung ke rumah temanku itu.
Hanya beberapa hari setelah itu pemuda tadi sudah datang melamarku secara resmi. Dan hanya satu bulan setengah setelah pertemuan itu kami betul-betul sudah menjadi pasangan suami-istri. Jantungku betul-betul mendenyutkan harapan kebahagiaan.
Kehidupanku berkeluarga dimulai dengan keoptimisan dan kebahagiaan. Aku mendapatkan seorang suami yang betul-betul sesuai dengan harapanku.
Dia seorang yang sangat baik, penuh cinta, lembut, dermawan, punya akhlak yang subhanallah, ditambah lagi keluarganya yang sangat baik dan terhormat.
Namun sudah beberapa bulan berlalu belum juga ada tanda-tanda kehamilan pada diriku. Perasaanku mulai diliputi kecemasan. Apalagi usiaku waktu itu sudah memasuki 36 tahun.
Aku minta kepada suamiku untuk membawaku memeriksakan diri kepada dokter ahli kandungan. Aku khawatir kalau-kalau aku tidak bisa hamil.
Kami pergi untuk periksa ke seorang dokter yang sudah terkenal dan berpengalaman. Dia minta kepadaku untuk cek darah.
Ketika kami menerima hasil cek darah, ia berkata bahwa tidak ada perlunya aku melanjutkan pemeriksaan berikitnya, karena hasilnya sudah jelas. Langsung saja ia mengucapkan "Selamat, anda hamil!"
Hari-hari kehamilanku pun berlalu dengan selamat, sekalipun aku mengalami kesusahan yang lebih dari orang biasanya. Barangkali karena aku hamil di usia yang sudah agak berumur.
Sepanjang kehamilanku, aku tidak punya keinginan mengetahui jenis kelamin anak yang aku kandung. Karena apapun yang dikaruniakan Allah kepadaku semua adalah nikmat dan karunia-Nya.
Setiap kali aku mengadukan bahwa rasanya kandunganku ini terlalu besar, dokter itu menjawab: Itu karena kamu hamil di usia sudah sampai 36 tahun.
Selanjutnya datanglah hari-hari yang ditunggu, hari saatnya melahirkan.
Proses persalinan secara caesar berjalan dengan lancar. Setelah aku sadar, dokter masuk ke kamarku dengan senyuman mengambang di wajahnya sambil bertanya tentang jenis kelamin anak yang aku harapkan.
Aku menjawab bahwa aku hanya mendambakan karunia Allah. Tidak penting bagiku jenis kelaminnya. Laki-laki atau perempuan akan aku sambut dengan beribu syukur.
Aku dikagetkan dengan pernyataannya: "Jadi bagaimana pendapatmu kalau kamu memperoleh Hasan, Husen dan Fatimah sekaligus?
Aku tidak paham apa gerangan yang ia bicarakan. Dengan penuh penasaran aku bertanya apa yang ia maksudkan?
Lalu ia menjawab sambil menenangkan ku supaya jangan kaget dan histeris bahwa Allah telah mengaruniaku 3 orang anak sekaligus. 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.
Seolah-olah Allah berkeinginan memberiku 3 orang anak sekaligus untuk mengejar ketinggalanku dan ketuaan umurku.
Sebenarnya dokter itu tahu kalau aku mengandung anak kembar 3, tapi ia tidak ingin menyampaikan hal itu kepadaku supaya aku tidak merasa cemas menjalani masa-masa kehamilanku.
Lantas aku menangis sambil mengulang-ulang ayat Allah:
(ولسوف يعطيك ربك فترضى)
"Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas". (Adh Dhuha: 5)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
(وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا )
"Dan bersabarlah menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami..." (Ath Thur: 48)
Bacalah ayat ini penuh tadabbur dan penghayatan, terus berdoalah dengan hati penuh yakin bahwa Allah tidak pernah diam tidak akan pernah menelantarkanmu.
Repost dari group sebelah, diambil dari kisah nyata. Bila ada manfaatnya silahkan di-share. Jazakumullahu khairan.

Iya, insya Allah semua ada waktunya, ada jalannya, ada kesempatannya.... 

Diulang dan dipatri lagi di hati dalem-dalem:
(ولسوف يعطيك ربك فترضى)
"Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas". (Adh Dhuha: 5)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
(وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا )
"Dan bersabarlah menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami..." (Ath Thur: 48)



Ada doa yang kini menjadi favorit saya: 

"Allahumma laa sahla illa maa ja'altahu sahlaa, wa anta taj'alul hazna idza syi'ta sahlaa"

Artinya:[Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah]




Jadi ya ceritanya hari minggu kemarin, tanggal 4 Mei, saya nemenin Risma (temen satu universitas) wisata kota di Jogja. Sebenernya saya juga belum pernah menjelajahi tempat-tempat di kota jogja sih, makannya sebelumnya saya disclaimer duluan sama Risma kalo saya juga gak tau-tau amat tentang Jogja, jadi harus siap nyasar :p.

Nah hari itu janjianlah kami untuk ketemuan di halte Transjogja Malioboro 2. Yup kali ini kami akan ngebolang dengan berjalan kaki, mbecak, dan transjogja. Tempat-tempat tujuan kami adalah:
1. Lumpia di depan hotel Mutiara yang katanya enak banget
2. (museum) Benteng Vedeburg
3. (mbecak) ke Taman Sari
4. Raminten yang di Kotabaru (tempat makan terkenal di Jogja)
5. Museum Affandi (Jalan Solo)

Destinasi pertama gagal karena mas lumpianya belum buka, haha. Mulailah kami berjalan menyusuri jalan Malioboro untuk pergi ke Vedeburg. Di sini si penjual tiket sempet ngecein (becandain) saya. Dibilangnya harga tiket masuknya 20.000, eh gak taunya cuma 2000, hahaha.

Fotonya gantian jadi ga ada foto berdua sama Risma, haha

Vedeburg sendiri berisi bermacam diorama-diorama dari mulai masa pra-kemerdekaan sampai pasca kemerdekaan, Bagus banget buat belajar sejarah. Akan tetapi sayangnya tempatnya panas, huhu. Kenapa? Masalahnya desain bangunannya itu tertutup dan memang di desain untuk ruangan AC, tapi ya itu, ACnya dimatiin, hahahaha.

Setelah mengelilingi Vedeburg akhirnya kami menuju pangkalan bapak becak untuk pergi ke Taman Sari. Saya coba menawar pake bahasa jawa, dan ternyata saya berhasil sepenuhnya make bahasa jawa, hahaha. Lumayan, dari yang tadinya tarif 20.000 ke taman sari jadi 15.000 saja.

Mulailah kami menaiki mbecak untuk menuju Taman Sari. Si bapak mbecak menawarkan kami terlebih dahulu untuk mampir ke tempat membeli oleh-oleh. Tapi karena Risma udah beli baju, jadinya kami langsung menuju Taman Sari.

Nah di Taman Sari ini kami sempet bingung, yang mana sih sebenernya tempat wisatanya, hahahaha. Masalahnya Taman Sarinya itu bercampur sama pemukiman warga, udah gitu kagak ada tanda atau papan petunjuk arahnya. Mulailah kami nanya-nanya dan sok-sok-an ngikutin orang-orang yang ada di sana. Oh dan ternyata ketemu situs masjid bawah air. Saya jujur baru tahu ternyata bangunan yang saya kira selama ini adalah taman air di dalam gua ternyata masjid. Diam-diam kami mengikuti seorang guide yang sedang menjelaskan asal usul taman sari. Sayang banget di Taman Sarinya sendiri gak ada penjelasan detailnya, jadinya ya gitu deh banyak orang yang ga tahu kegunaan tiap struktur di dalamnya. Ada yang berguna untuk menahan gempa, jadi sumur tempat wudhu, lantai sholat yang diluarnya ternyata dikelilingi air, dsb.
diambil dari: http://travel.detik.com/read/2012/05/25/173214/1925010/1025/syahdunya-masjid-bawah-tanah-di-taman-sari-yogya
Setelah puas ngunjungin situs masjid tersebut yang gak terawat dengan baik (masalahnya kami sempat mencium bau kotoran unggas di sana), kami balik lagi ke pangkalan abang becak. Iya kami gak berhasil nemuin tempat pemandian keratonnya, haha. Karena udah panas dan males juga akhirnya diputuskan untuk langsun ke Raminten saja. Saya tetap menawar pake bahasa jawa, tapi ternyata tarif pulang itu lebih mahal soalnya jalannya nanjak. Jadi kami kena 20.000 untuk sampai menuju halte transjogja di taman pintar. Dalam perjalanan kami (risma tepatnya) mampir dulu untuk membeli oleh-oleh.

Ini yang gak berhasil kita temuin. Gambar diambil dari http://en.wikipedia.org/wiki/File:Jogjakarta,_January_2007.jpg

Tibalah di halte transjogja sisi taman pintar (atau halte senopati 2). Nah, untuk menuju ke Raminten kami menaiki transjogja jalur 2A sampai halte smp 5, kemudian dilanjutkan bus jalur 3A turun cuma satu halte setelahnya. Tarifnya hanya 3000 rupiah saja loh. Alhamdulillah kemarin ga sampe nunggu lama di haltenya. Biasanya saya bisa nunggu ampe hampir setengah jam soalnya, hahaha.

gambar diambil dari: http://www.yogyes.com/en/places/650/place.jpg

Nah di Raminten ini suasananya agak seru mistis gimana gitu.

logo raminten
 Mau tau cerita selengkapnya,  nantikan cerita selanjutnya ya....

NewerStories OlderStories Home