Yeaaaaah.....!


Hip..hip...huraaa.....akhirnya sekarang saya punya blog juga di blogspot. Sebenernya sih saya juga dah punya blog sendiri di multiply. Tapi.... banyak yang mendorong saya untuk membuat blog di blogspot ini atau di wordpress dengan alasan biar bisa dikomen tanpa menjadi anggota terlebih dahulu *fyi: Multiply hanya bisa dikomen oleh orang-orang yang punya blog di multiply juga.

Maka jadilah...Taaaa...Raaa.....My Life Scrapbook dengan alamat situs melangkahkesurga.blogspot.com. Harapannya dengan goresan-goresan ini dapat menambah langkah-langkah saya agar bisa menapak ke surgaNya...(aamiin). Oh ya blog ini juga dibuat sekaligus untuk memenuhi amanah dari pembimbing skripsi saya *fyi: saat pamitan sama pak gagan buat tinggal di singapur, beliau meminta saya untuk men-share-kan apa saja yang saya pelajari agar dapat dibaca oleh orang lain, keren kan pembimbing saya ^^d


Dan......blog ini juga sebagai ajang saya untung ngalay, menggalau, dan meng-PDA (dengan suami tentunya) saya *pindah dari facebook ke sini ah supaya gak ngeganggu orang gara-gara news feednya penuh status-status saya dan suami **no offense :D

So, mari-mari dikunjungi ya "rumah" baru saya ini....


diambil dari http://dondanang.files.wordpress.com
Yuhu, kali ini saya berniat ingin membahas masalah yang agak serius. Ya, apalagi kalo bukan peran orangtua terhadap perkembangan anaknya. Dan tema yang akan dibahas kali ini (lagi-lagi) soal ayah.

Mengapa saya memilih tema ini (lagi)? Jadi begini ceritanya saudara-saudara.... Tulisan ini terstimulus dari hasil penelitian yang dilakukan oleh sahabat saya, Erika, 2011. Jadi topik penelitian dia adalah membandingkan attachment (penjelasan singkatnya: ikatan emosi khusus yang melibatkan pertukaran kenyaman, kepedulian, dan kesenangan) dengan AYAH antara kelompok pria dan waria (dalam hal ini waria didefinisikan sebagai pria yang mengalami gender identity disorder). Dan ternyata saudara-saudara hasilnya dari sekitar masing-masing 80an partisipan dari kedua kelompok tersebut, hasilnya menunjukkan perbedaan mean yang signifikan antara kelompok laki-laki dan waria. Ditemukan bahwa ternyata mean attachment dengan ayah pada waria lebih kecil dibandingkan dengan mean attachment pada pria. *untuk lebih jelasnya mengenai penelitian ini, anda dapat menghubungi erika ya... :)

Apa yang bisa kita peroleh dari penelitian ini? Tentu saja hasil penelitian ini bukan serta merta menjadi "solusi" dalam mengatasi fenomena pria yang merasa sebagai wanita (mengalami gender identity disorder maksudnya), karena bisa jadi kemungkinan perbedaan mean tersebut disebabkan oleh "situasi" yang dihadapi oleh waria itu sendiri dengan ayahnya. Maksudnya begini, attachment dengan ayah tidak terbentuk dengan baik karena ayah menolak dengan "keadaan" waria tersebut. Atau memang justru attachment yang rendah dengan ayah menjadi salah satu faktor yang mendukung perubahan gender identity tersebut *FYI: sampai sekarang masih terjadi banyak perdebatan tentang faktor penyebab dari GID sendiri.

Dibutuhkan penelitian yang panjang dan lebih mendalam mengenai faktor yang menyebabkan perubahan gender tersebut. Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh sahabat saya ini mungkin bisa menjadi WARNING bagi para ayah  (atau calon ayah) *khususnya yang memiliki anak laki-laki, untuk terus terlibat dan attach dengan anak mereka.

Selain karena "warning" di atas, tentunya masih banyak lagi peran penting seorang ayah dalam pembentukan diri anaknya, seperti yang pernah saya jelaskan di sini.

Maka, mari ayah dan calon ayah, persiapkan dirimu untuk mempersiapkan anakmu kelak. Karena seorang anak akan selalu belajar dari orang-orang di sekelilingnya ^^v



Pioneer, 27 Juli 2011
Gonjreeeng...*eh, gak banget ya awal pembukaannya? :D

Wkwkwkwk, maksudnya pengin buat backsound untuk angka di atas itu tuh...

Yoo, angka di atas bukan sembarang angka, tapiii....itu menandakan tempat tinggal saya (dan suami), beserta 3 orang lainnya di Singapura.

Pasti pada bingung kenapa ya itu ko ada tiga orang lainnya? Jadi begini saudara-saudara, seperti yang (harusnya) sudah diketahui, biaya kehidupan di Singapur itu tergolong tinggi sangat, so sharing flat dengan orang lain merupakan solusi untuk menghadapi tantangan yang satu ini. 

Yup, sharing flat di sini sebenernya adalah mengnontrak flat secara bersama-sama, namun harganya tergantung pada kamar yang ditempati. Umumnya setiap flat (rumah) terdiri atas satu master room yang didalamnya terdapat kamar mandi, dan juga dua kamar tidur biasa. Nah, untuk dapur, ruang tamu, mesin cuci, dan ruang makan akan di share secara bersama-sama. Tentu saja harga yang ditawarkan bergantung sama isi dari kamar tersebut. Karena kami menyewa rumah bersama, harga sewa kamar ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama pula.

Contohnya begini, misal harga sebuah flat (rumah) adalah 2200 SGD, untuk master room dikenakan biaya sekitar 900 SGD, sisanya dibebankan pada dua lainnya, ataupun bisa juga disesuaikan dengan isi kamar seperti yang saya sebutkan di atas. (pada umumnya sewa rumah itu sudah termasuk barang-barang seperti tempat tidur, lemari, tv, ac, kulkas, dsb). 

Prinsipnya mungkin mirip kayak ngekos aja kali ya,hehe. Tapi kalo sharing flat macem ini tentunya kebersihan dari rumah menjadi tanggungan bersama. :) *bukannya kalo ngekost juga begitu ya puut? :p

Nah, untuk bayar listrik atau internetpun juga dibebankan secara bersama. Biasanya dibagi berdasarkan jumlah orang yang tinggal di situ.

Unik memang, dan banyak tantangannya. Yah, namanya juga hidup bersama dengan orang lain. Tapi bagi saya sih sejauh ini asik-asik aja. Secara kan jadi rame juga nih rumah (soalnya tetangga kanan-kiri  jarang banget pintu rumahnya terbuka *wkwkwk, padahal pintu rumah saya juga ditutup terus yak, ah, ini mah emang tipe (bertetangganya) kek gtu), plus menghemat sangat dalam hal PENGELUARAN :D

Oh ya, flat yang saya tempatin ini juga sangat dekat dengan stadion plus tempat-tempat olahraga *spot fitness, kolam renang, dsb. Letaknya bener-bener tepat di depan rumah *jadinya gak bisa tuh alasan males olahraga karena tempatnya gak ada. Untuk belanja kebutuhan, flat saya ini juga dikelilingi eh gak juga dikelilingi sih, maksudnya deket gitu sama giant dan wet market (terletak hanya beberapa blok dari flat kami). So, gak usah bingung-bingung mau belanja kebutuhan sehari-hari dimana. Untuk cerita lebih lanjutnya mengenai belanja-belanja ini insya Allah akan saya posting khusus setelah ini.

Life is a adventure...Ya, selalu penuh tantangan. dimanapun dan kapanpun. Semoga selalu banyak hikmah dan keberkahan yang terjadi di 642650, tempat tinggal kami ini....yah, semoga,,,,,

Spot fitness deket rumah, kepleset, nyampe deh pokokke...

ini nih MRT yang persis depan rumah


penampakan stadion dari luar

penampakan stadion dari dalam


tempat duduknya nih

ada yang lagi pemanasan, demi BMI ideal..

penampakan dari luar. Flatku di lantai 9 loooh...



Ciaaaaat.......................! *fighting mode : on

Huehe, maaf agak lebay, tapi keknya kata tersebut pas untuk mengawali hari pertama perantauan saya di negeri singa ini. Setelah lepas dari status sebagai mahasiswa perantau di depok (halah, padahal rumahnya juga di tangerang :p), kini saya kembali menyandang status sebagai perantau, namun kali ini di negeri orang.

Jeng...Jeng...Jeng...
rasanya deg-degan sangat. Apalagi english saya pun masih kacau balau. bisa ngerti tapi ndak bisa ngomong. Yah, meskipun di singapur sini juga bisa pake bahasa melayu, tapi tetep aja rasanya ciut banget waktu ngeliat anak-anak indo di sini ngomongnya sudah cas-cis-cus english (pengalaman berinteraksi sama anak-anak Indonesia di KBRI minggu kemarin).

Maluuuuuuuu banget rasanya, huehehe.>.<

Tapi gak boleh nyerah sama keadaan dooonk. Untungnya suami saya juga bisa memahami tentang skill english saya yang masih amburadul. so, insya Allah sekarang lagi ngejalanin program buat improvement english tentunya. Dimulai dari nonton pelem2 yang subtitlenya english, coba ngobrol dikit2 sama tetangga kamar pake english (kebetulan singaporean), ditinggalin sama suami saat membeli sesuatu dengan penjual (melatih mental biar berani ngomong english), dan tentunya sedikit demi sedikit mulai ngobrol sama suami menggunakan english (dengan catatan kalo saya ndak tau englishnya maka saya akan bertanya terlebih dahulu "if I want to say ... what do I have to say?".

Yaaah...semoga hal-hal tersebut dapat segera meng-improve english saya. Biar saya bisa PD dalam menjalani hari-hari di Singapur ini. Ayooooooooo terus semangat belajar.......!


negeri singa, 26 Juli 2011
Bismillah...yeaaah.............! Inilah rumah baru kami. Rumah yang insya Allah isinya akan membantu kami untuk melangkahkan kaki ke surgaNya kelak.

Bermacam peristiwa  yang penuh hikmah mungkin seringkali kita alami, tapi rasanya akan lebih banyaaak manfaatya jika hal tersebut bisa dipelajari oleh orang lain. Dan rumah ini insya Allah akan diisi dengan berbagai aksesoris tersebut. So, semoga bermanfaat...





NegeriSinga, 25 juli 2011
NewerStories Home