Biasanya kalo baru pertama kali kenalan, ada beberapa hal yang akan ditanyakan

Namanya siapa?
Umurnya berapa?
Oh, udah nikah berapa tahun?

nah nanti kalo terus saya jawab, oh sudah dua tahun mba...

Oh, sudah punya anak?

dan saya tentunya cuma bisa senyum dan menggeleng

Lantas biasanya pertanyaan akan dilanjutkan, Loh ko belum punya?

Nah untuk menjawab pertanyaan ini, sungguh saya gak mampu menjawabnya. Saya cuma manusia lemah yang bergantung sama takdir Allah (meskipun tentunya harus sudah berusaha dahulu, bukan?). Tapi yaitu, jodoh dan keturunan itu termasuk rezeki, dan semuanya pasti sudah digariskan, kapan dan dimana, tinggal bagaimana kita meraihnya.

Pada awalnya saya cukup 'gerah' sih sama pertanyaan macam ini. Kami bukannya mau menunda untuk memiliki anak, toh memang belum dikasih saja. Hehe, tapi seiring berjalannya waktu dan bertambahnya kedewasaan, ceileeeh, Alhamdulillah lama-lama sudah mulai kebal telinga ini *senyum lebaar

Ditambah suami saya juga 'gak terlalu ngoyo' buat cepet-cepet punya anak. Dia malah nyuruh saya buat mengasah kemampuan dan memperdalam ilmu lagi (baca: les english dan lanjutin sekolah tapi ngejar lewat erasmus mundus :p).

Iri gak sih sama temen-temen yang sudah nimang anak atau bahkan sedang menanti kelahirannya? Ya kalo itu sih jawabannya sunggguh iriiiiiii, hihi. Tapi itu semua sudah merupakan hak preogratifnya Allah deh. Sama mungkin usaha kami lagi yang harus fokus dan maksimal, hehe.

Jadi, sekarang mau dilakoni aja. Sambil balik ke Indonesia buat back for good, sambil A' Delta ngembangin bisnisnya (siap-siap buat akrobat nih kite di Jakarte :D), sambil saya mengembangkan kemampuan dalam mengajar, sambil saya ikutan les english or english club tiap weekend, sambil saya ikut-ikutan di setiap program bined nanti, sambil saya mau bantu-bantu di SBMatahari, sambil saya mau belajar jahit sama ibu plus eksperimen di baju-baju saya nanti, sambil saya mau menimba ilmu per-tajwidan dan per-tahsinan lagi di Indo, sambil kami mencoba aktivitas-aktivitas baru lagi yang menantang dan unik, dan sambil kami sesekali akan LDR-an karena mobilenya suami saya yang kemungkinan akan bolak-balik Indo-LN.

Semoga hal itu semua yang dapat menekan ke'iri'an saya sama teman-teman yang sudah dikarunia anak. Hitung-hitung sambil kami mempersiapkan diri buat jadi "mentor" terbaik buat anak-anak kami kelak, aamiin.


Senyum Semangat, Insya Allah :)


Dua hari ini lagi seneng dengerin TED talks. Selain karena mau membiasakan ngedengerin "kuliah" in English, ternyata isinya juga banyak yang inspiring. Nah, Sir Ken Robinson ini yang sedang membuat saya terkesima. Pakar edukasi dengan pandangan-pandangan yang menarik. Monggo disimak biar lebih jelas.



link asli ted talksnya di sini

dan ini juga yang kedua tentang creativity. Link asli di sini





Persaudaraan yang insya Allah gak akan pernah putus. Sayang sama semua pisman angkatan 2007 :)






Ini nemu juga foto waktu masih SMA. Ya ampuun, dandanan saya waktu SMA terlihat lebih "rapih" dibanding sekarang (tutup muka)


tebak saya yang mana? :p


This is my article about standardized testing. I'm still learning to write in English. Apologize if there's so many wrong grammar. If you would like to correct it, I really appreciate it. Thank you very much for your attention :). 

Every country has a standardized testing in their education curriculum. For instance, primary schools in Singapore have standardized testing that well known as PSLE (Primary School Leaving Examination). In America it is well known with NAEP (National Assessment of Individual Progress). Indonesia also has a standardized testing that well known as UN (Ujian Negara = National Examination). Why every country has standardized testing? Because is an easy way to test large number of students in a time. Also it is an easy way to get to know about ability for each student in main subject.
With the standardized testing, government will know about the quality of school from the result.  It because standardized test is designed to enable us to compare performance of students in relatively efficient way (Koretz, 2008). Is It effective way, right? But the other hand there’s a lot of disadvantages from standardized testing. First, it just measures the subject that people think is valuable to learn, like math, physic, etc. Of course there are good for students who have talents at that subject, but how about students who have art talent, sports talent, etc?
                Second, the original purpose from testing is to allow knowing about what you need to do differently or better.  So we can figure it out what they do well and what they don’t do well. Then we can push their doing something better. But now standardized testing is like a big problem for student even teacher. It is not only about you already pass the requirements or not, but it also relates with the pride and the self esteem if you can pass it or not (and this is happened in my country).
                Because of two disadvantages, our school view seems like fast food restaurant. School only focuses on the way for all of students can pass the standardized testing. Then what will happen? The students are forced to study some subjects, even their talents or passion not at there. Students must pass the standardized requirements, if they fail, they will not success in “competition”.
                While, necessary school facilitates the students to grow up their talents. It is like agricultural view according to Sir Ken Robinson. Then with testing, teacher or school will know they do well or not.  So that we just do some testing only for make a map to know what the best way to facilitate students.   
               



nilainya setara sama 2 USD




Ada yang tau mata uang di atas itu mata uang negara mana?

Yup, itu adalah mata uang salah satu negara di Amerika Latin, yaitu Chili. Men, ko jadi terpapar latinos gini ya? haha. Jadi gini, kenalannya tim Qiscus ini, namanya Fransiska, lulusan ITB 2011 lagi ngerjain start up nya di Chili. Ceritanya dia dapet funding 40.000 USD karena lolos kompetisi start up di Chili. Nah salah satu syaratnya adalah membangun start upnya di Chili selama enam bulan.

Kompetisi start up ini emang lagi gila-gilaan di Chili. Pasalnya pemerintahnya itu rela menggelontorkan bejuta-juta USD buat menggeliatkan semangat entrepreneurship sekaligus ngebuka jaringan bagi Chili. Tentu ini bagus sekali buat kemajuan negara mereka (semoga suatu hari Indonesia bisa kayak gitu). Tahun ini bahkan kompetisi ini berniat untuk meberikan funding kepada 1000 perusahaan, gileeee. Makannya 1.618 pte ltd mau ikutan kompetisi ini. Nah jadi kalo lolos, salah satu dari co-foundernya harus rela tinggal di Chili selama 6 bulan.

Terus sih aa' ngelempar skenario gini: yaudah nanti aa' di Bogota, nanti Amin di Chili, Muhd di Singapore. Weeew, tinggal gw yang cuma bisa nelen ludah 0_o. Aaaaaaaaaaaaaaaaaa'....






Kemarin ceritanya ikutan event ini di Sustainable Living Lab (SL2). Seruuuuu. Meskipun aye belum bisa aktif  nimbrung (maklum english masih pas-pasan), at least aye ngerti segala instruksinye. Nanti aye ceritain lebih detail deh sambil nunggu uploadan foto2nya dari SL2. Sekarang mau ngeshare hasil dari cardboard lamps nya aja....

silee dilihat....




silent couple kalo kata seorang fasil, haha. Katanya kita harmonis banget karena jarang kelihatan berdebat :p



niatnya bikin kayak api, eh malah jadi kayak pohon cemara





sebagian karya yang udah jadi






foto profesionalnya :)
*Tebak, punya aye yang mana?



Antara berbagi kebahagiaan di jejaring sosial dengan pamer itu tipis loh bedanya. Makannya suka ngerasa "jengah" aja kalo all about life diumbar-umbar di jejaring sosial. Tapi saya juga masih belajar sih buat ngontrol itu. Untungnya aa' selalu ngingetin saya buat gak "lebay" berbagi di jejaring sosial.

Lebih aman berbaginya di blog aja. Kan kek rumah sendiri. Yang lain gak tau kalo gak sering "mampir". At least gak menuh-menuhin news feeds atau time line dengan segala kisah kita, hahaha.

Dan saya juga lebih seneng baca blog temen-temen saya. Suka senyam-senyum bin seneng. Doanya juga lebih afdol karena mendoakan mereka dalam diam. :").

Ayok, makannya sering-sering update blog ya teman-teman :D
Memasuki bulan april, tiba-tiba saya jadi tambah melow memikirkan back for good ke tanah air. Malah sampai-sampai saat perjalanan dengan MRT, menyusuri tiap lorong stasiun, perasaan rindu sudah mulai tumbuh "Hmm, ini yang pasti akan saya kangenin, bangeet, bangeet".

Sungguh bukan bermaksud belagu atau apa, tapi pada kenyataannya Singapore sudah menjadi zona yang sangat nyaman buat saya, terlebih soal transportasi dan keamanannya (sejauh ini).

Maka, saat usai shalat isya kemarin, tiba-tiba saja saya menangis di depan aa', huhu supeer galau ceritanya.

Aa' cuma tersenyum dan mencoba mengeluarkan apa yang sebenarnya ia rasakan.

D: " Sebenernya aa' juga takut dek, takut karena saat di Indo nanti begitu banyak yang "uncertain". Tapi aa' yakin kita bisa menghadapinya."

P: (masih berlinangan air mata)

D: "Insya Allah akan lebih berkah di sana, setidaknya ini jalan kita berbakti sama keempat orangtua kita, ada saudara-saudara kita di sana, juga ada ladang-ladang amal yang mampu kita garap."

P: "Tapi adek masih ingin berkelana a', rasanya sayang aja kalo sudah harus balik..."

D: (tersenyum) "Bumi Allah memang luas, Dek, tapi jangan sampai jadi alasan kita berhijrah, alih-alih sebenarnya kita takut untuk kembali ke tanah air..."

Jleb, kalimat itu langsung nohok banget di hati saya. Iya, jangan-jangan saya cuma gak mau meninggalkan zona nyaman saya di sini

D: "Aa' tau berat rasanya, aa' juga pengin ko belajar dari pengalaman kita tinggal di berbagai negara. Mungkin lebih baik malah proposalnya gini Singapore-Indonesia untuk 1-2 tahun - Australia - Indonesia - Eropa atau kemana saja Allah menghendaki kita tinggal."

Nyess banget rasanya negdenger kata-kata bijak aa' malam ini.

D: "Karena sudah merasa nyaman tinggal di sini itulah, pertanda bahwa sudah saatnya kita kembali mengembangkan kemampuan kita menaklukan daerah-daerah lainnya."

Ada perasaan lega setelah perbincangan ini usai. Ya, suamiku dia memang yang terbaik yang Allah pasangkan untukku. Terima kasih ya a' udah mau bersabar dalam menghadapi sikap kekanak-kanakkan adek. Selalu mendorong adek agar mengembangkan skill adek. Terus berusaha lebih baik dari hari ke hari.

Semoga sayap kita akan selalu mengepak, menapaki kebahagiaan kehidupan di dunia maupun akhirat.

Love banget-banget a' Delta Purna Widnyangga :*
NewerStories OlderStories Home