oleh: Jamil A Azzaini @ Saung Istiqomah KBRI Singapura
Hidup itu singkat, dan hidup yang singkat di sini (dunia)
akan menentukan kehidupan kita di akhirat. Bagaimana membuat kehidupan yang
singkat ini menjadi berarti untuk kehidupan akhirat kita?
Alkisah ada seorang pemuda yang sedang kuliah di Standfort
University. Ia akan lulus kuliah sekitar tiga bulan lagi. Lalu tiba-tiba di
suatu hari ibunya menelpon, “Nak, pulanglah, Nak.” Sang pemuda merasa tanggung
untuk meninggalkan kuliah yang tinggal tiga bulan ini.
“Sabar ya Bu, tinggal tiga bulan lagi.”
Tapi sang Ibu terus membujuk anaknya ini untuk pulang,” Nak,
pulanglah, Nak. Ayahmu meninggal.”
Maka, ketika mendengar bahwa ayahnya meninggal, sang pemuda
ini pun langsung terbang menuju tanah kelahirannya. Setelah sang ayah
dikuburkan, Ibunya memberikan sebuah surat wasiat dari ayah untuk anaknya ini.
Surat itu berbunyi bahwa anaknya ini harus melanjutkan perusahaannya yang
sedang krisis. Demi memenuhi wasiat ayahnya, pemuda ini pun memutuskan untuk meninggalkan
kuliahnya dan menjalankan apa yang diminta oleh sang ayah, yaitu menyelamatkan
perusahaannya. Berbagai cemooh datang dari sanak keluarganya. “Ayah kamu saja
yang sudah berpengalaman bertahun-tahun tetap saja tidak bisa menjalankan
perusahaannya dengan baik, bagaimana dengan kamu yang belum lulus?”
Begitulah kesangsiang-kesangsian yang dilontarkan sanak
keluarganya. Akan tetapi ternyata sang pemuda ini berhasil membuktikan kepada
sanak keluarganya bahwa ia mampu menyelamatkan perusahaan sesuai dengan wasiat
ayahnya. Pemuda itu adalah Azim Premji, *chairman* of WIPRO.
Ketika ditanya apa yang menyebabkan seorang Azim Premji
dapat menyelamatkan perusahaan yang sudah kritis, dan bahkan mampu
mengembangkannya. Dia pun menjawab *”*Karena saya membuat proposal hidup dan
saya menjalankan proposal hidup saya tersebut.*”*
Proposal hidup merupakan pegangan dalam mengarahkan
kehidupan kita. Ia ibarat skenario yang menuntun seorang pemain film untuk
menampikan performa yang baik. Sebaik apapun seorang pemain film, ia tak akan
pernah mampu untuk menampilkan performa yang terbaik tanpa dituntun oleh sebuah
skenario.
Ada satu analogi yang akan memperlihatkan betapa pentingnya
proposal hidup. Nelayan di Jepang memikirkan bagaimana cara terbaik untuk
membuat ikan tetap segar sampai di darat. Pertama mereka mencoba membekukan
ikan tersebut. Setelah sampai di darat, ternyata harga jual turun karena ikan
yang dibekukan tersebut rasanya kurang enak bagi masyarakat Jepang. Lalu
nelayan mencoba cara kedua. Setelah ikan ditangkap mereka memasukkan ikan
tersebut ke dalam “kolam”. Ikan memang masih hidup, namun setelah sampai di daratan
pergerakannya menjadi berkurang. Ketika dijual pun harganya tetap rendah karena
masyarakat jepang tidak mau memakan ikan yang “malas”.
Nelayan terus memutar otak, akhirnya mereka menggunakan cara
yang kedua tetapi dengan menambahkan hiu kecil di dalam “kolam” . Apa yang
terjadi? Ternyata sampai di darat ikan-ikan tersebut masih bergerak aktif. Hal
ini disebabkan ikan-ikan tersebut menghindari kejaran hiu kecil. Ketika dijual
harga jual pun menjadi tinggi. Proposal hidup yang kita buat itu ibarat hiu
yang selalu mengejar-ngejar ikan untuk tetap aktif bergerak. Maka di sini jelas
terlihat seberapa pentingnya sebuah proposal hidup dalam menjalankan kehidupan
kita.
Sebuah penelitian dilakukan di Harvard mengenai proposal
hidup ini. Pengukuran pada penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali, yang
pertama ketika masih menjadi mahasiswa dan yang kedua pasca beberapa tahun
lulus kuliah. Pada pengkuran pertama diperoleh data, sebanyak:
1. 3% mahasiswa menulis proposal hidup.
2. 13% memiliki proposal hidup di kepala namun tidak
menuliskannya.
3. 86% tidak memiliki proposal hidup dan membiarkan hidup
seperti air yang mengalir.
Setelah beberapa tahun pasca lulus diperoleh hasil bahwa
ternyata:
1. 13% orang yang memiliki proposal hidup di kepala
berpenghasilan 2x dari 84% orang yang tidak memiliki proposal hidup
2. 3% orang yang menulis proposal hidup memiliki penghasilan
10x dari 13% orang yang hanya memiliki proposal hidup di kepala
Terlihat kan, betapa dahsyatnya hasil dari memiliki proposal
hidup?
Lalu bagaimana cara membuat proposal hidup?
1. Sadari bahwa diri kita adalah spesial
Contoh orang-orang spesial:
a. Muhammad Yunus – Prof. Ekonomi. Pendiri Bank khusus untuk
orang-orang miskin
b. B.J Habibie – Membuat IPTN
c. Tukul Arwana – Terkenal dengan katronya
d. Hotman Z. Arifin – Vice President Citibank. Mantan office
boy yang bertransformasi menjadi vice president
e. Hee Ah Lee – Pemain Piano yang hanya memiliki 2 jari di
tangan kanan dan kiri.
Orang-orang yang merasa tidak mempunyai kemampuan apa-apa
berarti ia telah menghina Allah SWT. Allah SWT telah menciptakan kita dengan
sisi kekhususan masing-masing. Tidak ada satu orang yang memiliki sidik jari
sama dengan yang lain. Carilah hal yang spesial dari diri kita. Jika kita ingin
menang dalam hidup ini, maka kita harus mengetahui kelebihan kita agar menang.
Tanyalah kelebihan-kelebihan yang kita miliki pada orang yang sering
berinteraksi dengan kita. Jika sudah memiliki pasangan, maka tanyalah pada
partner kita tersebut. Temukan kekuatan dan kelebihan dan bersainglah dengan
kekuatan dan kelebihan tersebut.
3 orang yang dapat kita mintai pendapat mengenai kelebihan
kita:
1. Diri sendiri
2. Orang yang bersedia bertahan hidup dengan kita
(istri/suami)
3. Orang yang berani membayar kita
2. Tetapkan prestasi terbaik setelah mengetahui kelebihan
dan kekurangan
Apa yang akan kita banggakan di hadapan Allah agar Ia
memasukkan kita ke surga jika tidak memiliki prestasi terbaik? Kalau M. Yunus
dapat “membanggakan” prestasinya menolong 6 juta rakyat Bangladesh di hadapan
Allah, maka bagaimana dengan diri kita?
Sebuah prestasi terbaik haruslah spesifik, terukur,
menghasilkan harta dan memberi manfaat. Untuk mencapai prestasi terbaik
tersebut dibutuhkan pikiran positif . Pikiran positif ini akan mempengaruhi
hormon-hormon dalam tubuh kita. Sebuah hadist yang berbunyi: “Bahwa Allah itu
sesuai dengan prasangka hambanya” jelas menunjukkan bahwa kekuatan pikiran akan
mempengaruhi kehidupan kita. Tulislah prestasi-prestasi terbaik yang akan kita
banggakan di hadapan Allah, lalu pilihlah satu yang benar-benar ingin
diwujudkan.
Prinsip untuk menghasilkan prestasi terbaik itu ada 3,
yaitu: cintai –> kerjai –> maka akan menghasilkan.
3. Carilah guru
Mencari guru untuk ketiga kategori berikut:
1) Guru Expert
2) Guru Spiritual
3) Guru Kehidupan
Untuk 3 kategori tersebut kita bisa memilih satu atau lebih
guru. Misalnya kalau kita mencari masing-masing 3 orang guru untuk ketiga
kategori tersebut maka kita akan memiliki 9 orang guru.
4. Sempurnakan hidup anda mulai sekarang
Selalu berpikir positif. Kebiasaan-kebiasaan baru apa yang
akan dilakukan, kebiasaan positif harus ditambah dan kebiasaan negatif harus
dikurangi.
5. Tetapkanlah target
Tetapkanlah target dan lakukanlah dalam masa 90 hari. Maka
pada hari ke 91 anda akan sudah terbiasa dengan aktivitas tersebut. Target
maksimal untuk bulanan cukup 3 saja, sedangkan untuk tahunan sebanyak 5. Hal
ini dimaksudkan agar kita fokus mencapai target-target tersebut.
6. Sempurnakan lingkungan anda, karena lingkungan akan
berpengaruh terhadap diri kita
Contoh kasus: seperti kutu loncat.
Pada dasarnya Allah memberikan kemampuan kepadanya loncat
setinggi 300 kali tubuhnya. Ketika dimasukkan ke dalam kotak korek api, iapun
menyesuaikan tinggi lompatannya sesuai tinggi korek api tersebut. Maka ketika
dikeluarkan dari kotak korek api, kutu loncat tersebut kemudian hanya mampu
melompat setinggi kotak korek api tadi. Terlihat jelas bahwa lingkungan akan
mempengaruhi diri kita. Pastikan bergaul dengan orang-orang yang positif, agar
diri kita juga ikut tertular positif.
Assalamu'alaikum..
ReplyDeletesyukron jiddan mbak, tulisan dan kata2 mbak di blog ini sungguh menginspirasi.
saya punya buku ini tapi blm dibaca, jadi semangat membacanya setelah baca tulisan mbak.
keep menulis ya, mbak, saya tunggu update artikel berikutnya..^^
btw, saya setuju dengan tag line "setiap goresan pena berpengaruh pada langkah ke surga"
eh iya Mba Iftari, sama-sama.
ReplyDeleteterima kasih sudah bersedia mampir ke blog saya.
Semoga saya bisa bersabar dalam menulis (maksudnya konsisten, hehe)
salam...
ReplyDeletekok ndak ditulis dikutip dari mana ?
'alaikumussalam, oh iya. itu kemarin settingannya berubah. Saya nyatet ini dari ceramahnya pak Jamil Az Azzaini di KBRI Singapura dalam acara Saung Istiqomah.
ReplyDelete