Penting gak penting yang penting nge-blog. Beginilah suasana kalo saya lagi nemenin aa' ngoding di kantor. Ini saya abis pulang kerja langsung ke sini donk ya. Kalo udah ngoding, aa' suka  lupa  keasyikan sampai-sampai nanti tau-tau udah jam sepuluh aja.

Kamu ngapain donk? biasanya sih ya saya nonton TV, browsing youtube, nge-blog (seperti yang saya lakukan saat ini), atau tidur.

*Dadah-dadah sama cucian dan setrikaan yang udah mulai menggunung, hihi

Ipad vs Thinkpad :D
Assalamu'alaikum, everyone...

Today I will writing in English.

Why are you using English, Puti?

It because, today I didn't go to EF because of rain, huhu.

Let's start. Bisamillahirrahmanirrahim.

Same as the tittle, I will write about my friends at EF. It because this week we still learn about how to describe person.

First, I will introduce my teacher, Ms.Christine.
Ms. Christine comes from Switzerland. She is quite tall, but I think a little bit short than average people from Europe. She has a blonde hair, long blonde hair. Her eyes is brown. She has bracket in her teeth. I think she is a little overweight, ups sorry, Ms, but she still beautiful. Ms. Chris is funny person, because when she was teaching, she looks really enjoy and usually use an easy way to teach. I like Ms. Christine's teaching. I hope Ms. Christine will teach us in the next term.

Second, Dhisma.
Dhisma, the fashionable girl. I think she's around 18 years old. She is tall and has good figure (I mean proportional body). She is a model, it's a reason why she has a proportional body. Her eyes is black I think, I'm not really sure about that. Actually she is a ronin students, then she still try to go to public university. She is very organized when she talks. And she is also beautiful.

Third, Ay
Ay is second years student from UGM. She wears hijab. She's a little bit tall than me. She skinny, but has a fit body. Her eyes is black. She usually wear jeans and T'Shirt. She usually drives a motorcycle to go to EF from her university, but sometimes she drives a car.

Fourth. Wilma
She is 13 years old, the youngest in my class. She is a pianist, she has participated in some piano competition. She is a little overweight, but quite tall (it means she is taller than me :p). She has a curly hair. She is Chinese. And she still looks like a teenager.

Fifth, Julio
Julio is a men. He comes from Papua. He is a university student from Atmajaya. He's funny person. He quite tall and his figure is good. He has curly hair, but not really. His skin is tanned. He likes laughing.

I think is enough. But I still have another six friends. I too lazy to write now.

Oke. Enough for this article. May be I will continue later.
Bye-bye. Have a good night everbody :)




Jadi ceritanya si Viega Namira, teman kuliah saya di psiko, mau main ke Jogja tiga minggu yang lalu (tanggal 7 kalo ga salah). Tadinya saya cuma mau ketemuan aja gitu sama dia dan juga Sandra Lukita. Tapi ga taunya malah diajak sekalian buat cave tubing di Goa Pindul.

Awalnya sih kami cuma berangkat ber-6, Saya dan suami, Viega, Sandra, serta dua orang teman SMA Viega (Dita dan Hari). Rencananya juga a' Delta yang bakal nyetir mobilnya. Eh tapi ternyata pas kumpul di asrama Bawakaraeng, ada dua orang temennya Viega yang berasal dari Sulawesi, yaitu Amink dan Furqon, yang akhirnya ikut. Dua anak "ajaib" tapi super baik. Si Viega kenal sama mereka juga berkat kegiatan naik gunung, tapi kenalnya juga karena Amink itu temennya temennya Viega, nah bingung kan? haha. Meskipun cuma hasil kenalan-kenalan, tapi sumpah tuh anak berdua baik banget. Saya jadi belajar bahwa perjalanan travelling itu bener-bener salah satu cara yang efektif untuk menambah daftar teman baik. Nah berhubung si Amink yang mengurus semua-muanya (tuh kurang baik apa coba die), jadi si Amink deh yang nyetir  pertama-tama di perjalanan menuju Goa Pindul, namun di tengah perjalanan, karena dia ngantuk, akhirnya gantian sama a' Delta.

Setelah melalui perjalanan yang mendebarkan (karena jalanannya berkelok dan a' Delta kadang juga ngebut, hihi), akhirnya kami berhenti tiba-tiba karena  tulisan "info wisata Goa Pindul". Kirain mah itu ya tempatnya udah deket, gak taunya itu semacam "guide" yang akan menunjukkan letak Goa Pindul dan minta bayaran atas jasanya. Karena sudah terlanjur berhenti mendadak (ini agak mendebarkan juga karena tepat di belakangnya bus besar langsung nglakson kenceng :p), yaudah akhirnya make jasa nih "guide". Lumayan sih kita ditunjukkin jalan lewat jalur alternatif, jadinya ga usah bermacet ria. Kita bayar sebesar 15ribu. Tadinya dipikir mahal gitu ya, tapi setelah ngeliat jaraknya yang jauh, itu mah harganya mayan murah lah. Oh ya "guide" dadakan ini ternyata ada di sepanjang perjalanan menuju Goa Pindul loh. Jadi, hati-hati aja terjebak sama "siasat" mereka ya, hehe.

Sampailah di Goa Pindul. Karena long weekend pengunjungnya jadi banyaaaaaak banget. Antriannya panjang. Kite aja nih buat cave tubing kira-kira ngantrinya sampai 3 jam, hahahaha. Padahal mah di goa-nya sendiri cuma 45 menit.

Untungnya si Amink dan Furqon ngebeliin paket river tubing sekalian (dengan harga mahasiswa karena mereka emang masih mahasiswa), so gak nyesel-nyesel banget antri 3 jam cuma buat gitu doank.

Dan ternyataaa, river tubing di Kali Oyo emang lebih menyenangkan dibanding cave tubing Goa Pindul. Ga rame, kalinya juga jerniih, dan pemandangannya indah. Bener-bener refreshing banget pas ini. Di tengah jalan kita akan menemui air terjun dan bisa lompat ke sungai kalo mau, sayangnya saya ga berani, hihi.

Nah karena berburu ngejar waktu ashar, saya dan a' Delta memutuskan untuk ikut rombongan pertama (selesainya cepet maksudnya). Jadi rombongan kami yang berjumlah 21 (gabungan dari orang lain) dipecah menjadi dua. Karena kami gak bisa jamak sholatnya, akhirnya kami memutuskan untuk menyudahi main-main di kali oyo. Meskipun menyudahi awal, ternyata waktu buat balik ke base camp  Panca Wisata udah mepet banget. Walhasil kami "terpaksa" ngambil wudhu di kali dan sholat di tepi sawah dengan keadaan pakaian yang basah, dengan pelampung sebagai sajadahnya. Sensasinya? dingiiiiiin, hahaha. Tapi bener-bener pengalaman yang gak akan pernah terlupakan. Mungkin karena di Singapura terbiasa sholat di mana saja (di pojokkan bandara, bawah tangga darurat, bahkan pernah di tengah bukit Botanical Garden), jadi kami fine-fine aja sih, hihi.

Oh ya, yang saya suka dari wisata Goa Pindul ini, ternyata pengelolaannya itu bener-bener masyarakatnya sendiri yang mengelola. Di tambah ya di sana sangat ditekankan azas kejujuran. Jadi misalnya di tengah air terjun ada yang jualan pop mie, tapi bayarnya boleh nanti aja di base camp. Kalo mau ke toilet juga cuma tersedia kotak dan daftar harga yang harus di bayar. Di kantinnya juga bisa bayarnya nanti. Jadi ceritanya karena kami balik duluan dengan keadaan kedinginan sementara tas ada di mobil yang kuncinya juga ga ada sama kami, walhasil kami ngutang dulu di warung deket base camp buat dua mangkok indomie dan teh anget. Dibolehin aja gitu, padahal kan sebenernya bisa aja kabur, hahaha.

Oke deh segitu dulu ceritanya. Ini ada hasil jepretan dari kamera temen-temen.

nunggu antrian sambil nunggu makan siang dateng

pose di depan base camp Panca Wisata
nunggu antrian masuk Goa

pose di depan Goa Pindul (sayang hasilnya burem karena dibungkus plastik)
pose berdua
pose lagi


mulai masuk Goa

river tubing

makan malam di bukit bintang :)







Ceritanya habis googling tentang catatan perjalanan seseorang meraih panggilan "mommy", dan nemu tulisan ini (tulisan ini sekaligus mewakili apa yang saya rasakan selama ini). Terharu banget dan jadi semangat!

Insya Allah mulai saat ini saya mau stay happy dalam perjalanan "menjemput" Ndu dan Sha. Berusaha mengambil angle terbaik dalam keadaan yang akan kami hadapi nanti di perjalanannya.

Yeah, ga sabar jadinya berkunjung ke Sardjito. Insya Allah paling cepet keknya bulan Januari tahun depan. Sambil itu, mau coba istiqomah minum jus "semesta" tiap pagi, plus konsumsi vit c dan zink, plus madu, sembari ngumpulin rupiah demi rupiah, hehe.

Ayo selalu bersyukur di tiap kondisi. Insya Allah waktunya akan tiba untuk bisa real bertemu Ndu dan Sha.

Yoooo, insya Allah. Semangaaat! ^_^

Mendekati tanggal-tanggal haidh, badan gak karuan rasanya, perut mules tapi bukan mau BAB, badan lemes, pinggang pegel, nafsu makan menurun.

Mana kerjaan lagi menantang banget, ko ya pas gini toh...

Huhu.

*udah gitu aja

Kemarin-kemarin sempat berpikir mengenai beberapa rencana yang akan kami (atau lebih tepatnya saya) laksanakan di tahun depan. Nah sebelumnya mau nge-list dulu beberapa rencana yang insya Allah mau dieksekusi:

1. Saya kuliah lagi di UGM.
Ya, rencananya saya mau nerusin kuliah lagi. Penginnya ngambil profesi pendidikan atau "hanya" magister pendidikan di UGM. Setelah ngobrol-ngobrol sama Sandra soal budaya belajar plus dosen-dosennya di UGM, rasanya tidak seseram yang saya bayangkan, hihi.

2. Tetep nerusin les Bahasa Inggris di EF
Saya suka lingkungan belajarnya, ditambah guru-guru native-nya yang baik-baik. At-least ini langkah terakhir yang memaksa saya untuk tetap "menjaga" dan memaksa saya berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Habisnya kalo ngomong Inggris sama suami tiap hari jumat, saya lupa melulu dan malah kagok, hihi. Beda kalo ngomong sama Ms. Christine :).

3. Beli kendaraan sendiri (milik berdua maksudnya)
Seperti yang sudah saya ceritakan di artikel sebelumnya soal transportasi di Jogja, maka adalah sebuah keharusan untuk memiliki kendaraan sendiri (sejauh ini kami masih minjem punya mbak Anik, kakaknya a' delta yang punya 3 buah motor, hihi (jadi motornya emang nganggur). Mau beli motor atau mobil kecil, tentunya hal itu amat sangat bergantung dari income tahun depan. Namun feeling yang kami rasakan, insya Allah roda empat-lah yang akan menjadi "keluarga baru" kami, hehe. *Aamiin yang kenceng.

4. Memulai program hamil di Sardjito
Ini yang paling menjadi fokus kami di tahun depan. Rasanya memang sudah saatnya kami bener-bener melakukan ikhtiar melalui jalur medis. Alhamdulillah di Sardjito ada klinik permata hati, seperti klinik Yasmin di RSCM. Insya Allah dokternya juga gak kalah mumpuni dari dokter-dokter Cipto. Terlebih harga programnya relatih "sedikit" lebih murah dari Cipto. Nah, untuk program ini saya juga harus menyiapkan mental untuk berhadapan dengan dokter kandungan yang semuanya laki-laki, huhu.

5. Pake Bracket
Mengingat gigi saya yang berantakan, walhasil ini juga rencana yang sudah lama saya targetkan. Pasang bracket di Jogja dengan ahli ortho ternyata memang lebih murah dibanding di Jakarta. Kalo di Jakarta bisa mulai dari 7.500.000, maka di Jogja harganya "hanya" mulai dari 4.500.000.


Itulah kelima rencana yang saya ingin laksanakan dalam waktu dekat ini. Namun mengingat "budget" dan "waktu" yang cukup banyak akan tersita, sepertinya saya harus memilah mana yang lebih prioritas untuk didahulukan. Maka sepertinya inilah yang akan saya (dan suami) rencanakan:

  • Memulai program hamil. Mengingat sepertinya memang sudah saatnya kami bener-bener fokus di sini. Insya Allah deposito yang ada di Sg bisa mengcover 50% dari biaya maksimal program di Sardjito. Tentunya berharap cukup hanya beberapa treatment yang harus dilakukan agar Allah (mengizinkan) mengaruniakan keturunan kepada kami :).
  • Tetap melanjutkan les di EF untuk melancarkan komunikasi bahasa Inggris saya.
  • Beli kendaraan pribadi, insya Allah tahun depan Allah mengaruniakan cukup rezeki untuk mengeksekusi rencana ini. 

Ya, sepertinya tiga program itulah yang menjadi fokus saya di tahun depan. Insya Allah saya tetap berkeinginan melanjutkan kuliah. Toh tidak ada batasan umur dalam menuntut ilmu kan, jadinya rencana satu ini masih bisa "disimpan" dahulu untuk dijalankan di waktu terbaik. Buat pasang bracket juga sepertinya bukan menjadi suatu prioritas untuk saat ini. Penampilan luar memang penting, tapi saat ini justru yang harus saya perbaiki adalah penampilan saya di "mata" Allah.

Kenapa saya menuliskan rencana-rencana ini di blog? Sungguh bukan bermaksud untuk "pamer" atau apapun, saya cuma berharap siapa-siapa yang membacanya turut mendoakan agar rencana-rencana ini bisa sukses tereksekusi, berjalan lancar, dan mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan.

So, saya mohon dengan sangat untuk turut menyelipkan ini dalam doa teman-teman sekalian ya....

Oke segini dulu update-an saya. Oh ya, saya nulis ini saat kerjaan saya emang udah selesai loh ya (siap-siap minta kerjaan baru).

Wassalamu'alaikum..... ^__^





Tergerak karena beberapa postingan di news feed (termasuk postingan saya di blog), saya jadi pengin nulis tentang yang namanya empati. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, empati berarti "keadaan mental yg membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yg sama dengan orang atau kelompok lain". Walaupun sebenernya menurut salah seorang dosen saya di psikologi, kita tidak benar-benar bisa merasakan empati, karena kita tidak pernah mengalami peristiwa persis seperti yang dihadapi oleh orang lain.

Terkadang dengan maksud ingin lebih mendekat atau melakukan basa basi, seringkali kita menanggalkan sisi keempatian kita. Misalnya dengan pertanyaan kapan nikah? kapan punya momongan? kapan kerja? dan sebagainya. Gara-gara gemesnya sama pertanyaan ini, seorang senior di UI, ka Pemi Ludi, sampai menulis status di Facebooknya seperti ini:

"pertanyaan "ko belum nikah?" itu semacam dengan "ko belum punya anak?" dan semacam juga dengan pertanyaan "ko belum mati?"

aqidah woy"


Nah kan,  jawaban pertanyaan seperti ini tentunya "yang ditanya ga lebih tau daripada yang nanya". Saya merasakannya juga karena saya masuk ke dalam orang yang sering ditanya "ko belum punya anak?". Jujur bingung juga ngejawabnya. Saya kan ga harus ngejawab dengan panjang lebar kalo ternyata memang butuh usaha lebih agar saya dan suami punya anak. Sampai saat ini kita masih mengusahakan yang terbaik ko, tapi kan memang butuh waktu, biaya, dan kesabaran lebih. So, pertanyaan-pertanyaan seperti ini yang kadang bikin saya "males" dateng ke acara-acara kumpul-kumpul atau apapun.

Terlebih misalkan saat sedang curhat soal program hamil yang sedang direncanakan, tiba-tiba sang lawan bicara malah dengan semangat bilang kalo ia pengin nambah anak lagi dengan melepas alat kb yang sedang ia pakai. Entah karena karakter orangnya yang memang suka cerita atau ga paham meletakkan sisi empatinya, yang jelas respon tersebut justru membuat saya lebih "sakit" karena ia bisa dengan mudahnya menambah anak tanpa melalui "jalan" yang harus kami tempuh. Tau gitu mending gak usah cerita deh, :p.

Yang jelas, bagi saya teman yang baik justru teman yang "diam" ketika dicurhatin. Yang paham dengan kalimat I never use your shoes. Teman yang diam-diam mendoakan. Atau teman yang lebih "mendengar" ketimbang "berbicara".

Insya Allah saya yakin waktunya saya menjadi seorang ibu akan tiba. Allah sedang mempersiapkan kami untuk menjadi sebaik-baik orangtua. Ya, insya Allah waktunya akan tiba.... :)

So, mari menempatkan ke-empatian kita sebelum melayangkan pertanyaan, terlebih untuk hanya sekedar pertanyaan basa-basi :)



sumber: http://qualiaforlife.files.wordpress.com






“Basa-basi” atau sering pula disebut “pemanis percakapan”, dalam kondisi tertentu bisa menjadi basi sekali dan justeru pahit bagi orang lain. Jadi berhati-hatilah.

Meski niat kita baik, tulus, hendak mendoakan, tapi jenis pertanyaan seperti: “kapan menikah?”, “kok belum punya momongan?”, dan sejenisnya, bisa menyakiti lawan bicara kita. Tidak semua orang biasa-biasa saja, santai-santai saja menerima basa-basi itu. Ada banyak yang sedih, jengkel, marah, bosan mendengarnya. Mungkin hal ini bisa dipikirkan.

Tere Liye.

Be carefull, guys :)
NewerStories OlderStories Home