FF Secangkir Kopi


Tak..tak...tak...tak...

Suara itu masih saja terddengar jelas di telingaku. Kulirik jam yang tegantung di tembok. Aih sudah lewat jam 2 pagi, masih saja kamar ini dipenuhi suara-suara itu.

Aku beranjak, tak enak juga rasanya mendengar suara tak-tak-tak itu, sementara aku lelap tertidur. Kubuka kamar, lalu melangkah  menuju dapur. Kuintip senyapnya kota lewat jendela dapur. Sepertinya hanya sedikit perbedaan suasana antara siang dan dini hari. Sangat berbeda dengan perbedaan suasana Jakarta di siang dan dini hari, batinku dalam hati. 

Aku bergegas mengisi air dalam ceret listrikku. Hanya mengisinya setengah penuh lalu meletakkannya di atas besi berbentuk lingkaran. Kutekan tombol on pada ceret listrikku itu.

Brsss....brsss..... suara air mulai menunjukkan titik didihnya. Kubuka lemari dekat kulkas, mengambil sesachet kopi lalu menuangnya ke dalam cangkir hijau bergagang. Tak lama kemudian tombol di ceret listrik berbunyi, tanda sang air sudah sampai pada puncak titik didihnya.

Kutuang air mendidih tersebut ke dalam cangkir, mengaduknya dan langsung membawanya kamar.

"Sudah hampir seminggu seperti ini"

"Maaf ya sayang, namanya juga kuli di negeri orang, jadi harus perform yang bagus", kata laki-laki dihadapanku, "Makasih ya karena udah selalu support aku, hehe", sambungnya nyengir, tangannya lalu meraih cangkir yang aku sodorkan.

Kutatap laki-laki di hadapanku ini. Ah ya...  yang namanya hidup, baik di negeri sendiri maupun di negeri orang memang butuh perjuangan. Dan salah satu bentuk kecil perjuanganku adalah dengan membuatkan secangkir kopi kepada laki-laki di hadapanku, yang tengah berjuang ini. 

NewerStories OlderStories Home

0 comments:

Post a Comment