Dua Kunci Kesuksesan

Tadinya bermaksud menulis ini di perpus  Jurong West, tapi berhubung hujan tak apalah ya nulisnya di rumah aja. :D

Kali ini saya akan berbagi tentang kisah Nabi Yusuf a.s. Apa yang anda pikirkan ketika nama Yusuf a.s disebutkan? Ketampanan, Kisah cinta (yang sebenernya saya masih mencari-cari ke-valid-an jodohnya Yusuf dan Zulaikha), pengirisan tangan yang dilakukan oleh perempuan yang menatap yusuf sangking takjubnya, atau tafsir mimpinya?

Hampir semua orang mengasosiasikan hal-hal di atas dengan Yusuf a.s. Ketampanan Yusuf a.s memang sudah terkenal sebanding dengan ketampanan setengah penduduk dunia (inilah yang kemudian berhasil menggoda imroatul Aziz). Selain itu Yusuf juga diberi mukjizat oleh Allah SWT menafsirkan mimpi, dan mukjizat  inilah yang kemudian yang menghantarkan Yusuf keluar dari penjara dan menjadi pembesar.

Itulah sebagian hal yang kita kenal atau banyak diceritakan tentang Yusuf a.s. Akan tetapi tahukah bahwa ternyata kisah Nabi Yusuf a.s merupakan satu-satunya kisah nabi yang di dalam Al-Qur’an dikisahkan secara lengkap oleh Allah SWT. Yusuf secara lengkap dikisahkan mulai dari masa kecil hingga dewasa, dan menjadi raja. Di sini  Allah ingin memberi pengajaran kepada kita bahwa roda kehidupan manusia terus berputar.

Semasa kecil, Yusuf (dan benyamin) menjadi anak kesayangan orangtuanya. Saudara-saudaranya pun merasa iri akan hal ini. Yusuf pun kemudian dimasukkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya. Ia lalu ditemukan oleh musafir dan Yusuf pun dijual sebagai budak kepada salah seorang pembesar mesir. Yusuf  kemudian diangkat sebagai anak oleh pembesar itu. Saat dewasa Yusuf pun tertimpa fitnah dengan istri dari pembesar mesir tersebut (Imroatul Aziz). Peristiwa itu kemudian menghantarkan Yusuf ke penjara (karena ia lebih memilih dimasukkan ke dalam penjara). Di penjara inilah ia kemudian memperoleh mukjizat mampu menafsirkan mimpi. Singkat cerita berkat tafsir mimpinya ini Yusuf kemudian menjadi seorang pembesar (raja) di Mesir.

Alur kisah Yusuf ini mengajarkan kepada kita tentang naik-turunnya kehidupan (nasib) seorang manusia. Hikmah dari kisah yusuf adalah bahwa kenikmatan yang kita peroleh saat ini bisa saja dengan cepat tercerabut jika Allah menghendakinya. Sebagai seorang mukmin kita diperintahkan untuk mengibaratkan hidup di dunia seperti seorang pengembara. Sabda Rasulullah SAW:

Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma berkata: Rasulullah SAW memegang pundak kedua pundak saya seraya bersabda:” Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara.” Ibnu Umar berkata: “Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu” (H.R Bukhari).

Oleh karena itu ketika seorang mukmin sedang diuji oleh Allah SWT dengan kesulitan maka tidak sepatutnya kita kecewa dan merasa berkecil hati karena memang semua yang dimiliki saat ini merupakan “pinjaman” dari Allah SWT. Sebaliknya, jika seorang mukmin sedang diuji dengan kenikmatan sudah sepatutnya bersyukur dan tidak boleh merasa sombong dengan apa yang sedang diperolehnya. Nabi Yusuf a.s mengajarkan kepada kita untuk selalu sabar dan taqwa di dalam kondisi apapun. Seperti yang diterangkan di dalam surah Yusuf: 90

"Mereka berkata: “Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?” Yusuf menjawab: “Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami”. Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik”. 

Kunci kesuksesan yang dilakukan Yusuf di alur naik dan turun hidupnya adalah dengan bersabar dan bertaqwa. Dan dua kunci kesuksesan ini  dapat diperoleh oleh seorang mukmin salah satunya melalui P U A S A. Semoga kita bisa meneladani Nabi Yusuf a.s dan menjadikan sabar dan taqwa sebagai kunci dalam mengarungi hidup ini. Aamiin.







*tulisan ini merupakan hasil obrolan bersama suami yang merupakan materi ceramah seorang ustadz di KBRI kala Ramadhan


** Subahanakallahumma wabihamdik, Asyhaduanla ilaha illa ant, Astaghfiruka, waatubu ilaik.
NewerStories OlderStories Home

0 comments:

Post a Comment