Hihihi, rasanya geli sendiri kalo inget kejadian ini.
Jadi ceritanya sodara-sodara, saya dan suami pernah "digiring" untuk disidang saat berniat memasuki kembali wilayah singapur.
Begini ceritanya, ramadhan kemarin, saya dan suami masih memakai visit pass untuk tinggal di Singapur karena kebetulan saat itu suami berhenti kerja dan sedang dalam proses mencari kerja. Visit Pass ini cuma berlaku selama 30 hari. Jadi, waktu itu ceritanya visit pass kami habis.
Pergilah kami menuju rumah seorang family yang ada di Johor Bahru, tepatnya di daerah Sri Pulai. Kami hanya bermalam sehari di sana. Saat keluar singapur dan masuk malaysia-nya gak ada masalah. Tapi saat keesokan harinya waktu mau masuk singapur, petugas imigrasi singapur bertanya-tanya pada a' delta karena sudah lebih dari 2 kali menggunakan visit pass. Aa' pun menjelaskan bahwa saat ini ia sedang dalam proses mencari kerja.
Ketatnya prosedur masuk dari wilayah Johor ini membuat petugas tersebut tidak serta merta memberikan cap izin tinggal selama 30 hari. Saya yang waktu itu berada di belakang A' Delta udah deg-degan gak karuan. Takut banget kalo emang ternyata kami gak boleh masuk dan diharuskan pulang ke Indo saat itu juga. Saya mikir, gimana nasib barang-barang kami yang ada di flat.
Tapi ternyata kami malah diminta untuk mengikuti salah satu petugas menuju ruang "sidang". Saya yang baru sebulan di Singapur jelas bukan main takutnya. Tiba-tiba terbersit suasana interogasi seperti di film-film itu (ahahaha, terkonstruksi sama media ini mah :p). Dan memang penjagaan super lapis membuat saya bener-bener jiper saat itu. Terlebih saya khawatir dengan kendala bahasa karena english saya yang masih amburadul.
Kami memasuki sebuah ruangan dengan keamanan berlapis. Saat masuk ke ruangan tersebut, sang petugas harus menggesek kartu acsess card terlebih dahulu, persis seperti yang saya lihat di film-film (sumpaaah, hal ini semakin menakutkan saya :D).
Ruangan tersebut lumayan "ramai". Saya dan A' Delta duduk di bangku baris kedua dari depan. "Abang tunggu di sini ya...", kata petugas tersebut.
Saya dan A' Delta pun duduk. Berkali-kali saya bertanya sama A' Delta perihal yang akan ditanyakan di dalam ruangan tersebut. Saya berusaha menghafal alasan yang akan diutarakan dengan english *maklum, english saya kan jelek.
A' Delta menyuruh saya tenang, "Mendingan Al-Matsuratan aja, Sayang... biar gak deg-degan", begitu katanya. Saya pun nurut dan mulai melafalkan Al-Matsurat.
Dan tibalah giliran A' Delta dipanggil untuk masuk ruang interogasi. Saya menunggu di luar dengan perasaan was-was dan deg-degan yang menghebat.
Tak berapa lama kemudian, A' Delta pun keluar, dan seorang petugas wanita chinese memanggil nama saya, "Puti Ayu Setiani".
A' Delta menatap saya, "Tenang dek, pake bahasa Indonesia aja, ada yang bisa bahasa melayu ko".
Degup jantung saya menghebat. Saya pun memasuki sebuah ruangan kecil. Ruangan itu terdiri dari satu lemari, meja, komputer dan dua kursi, satu kursi penginterogasi, dan satu lagi kursi "terdakwa".
Seorang petugas yang duduk di kursi menanyakan nama saya, "Puti Ayu Setiani?". "Yes", jawab saya singkat.
"Ini sapa?", tanyanya sambil menunjukkan paspor A' Delta.
"My Husband", jawab saya dalam english (jieee).
Lalu petugas perempuan yang mengantar saya tadi ikut bertanya
dengan nada ramah, "Lihat KTP". Sayapun mengeluarkan KTP saya dari dalam dompet. Ia pun lalu melihat berapa
sgd uang yang saya miliki. Saya lalu mempersilahkannya melihat isi dompet saya. "Oh, 100 SGD, Ok", katanya.
Lalu petugas yang di kursi kembali bertanya kepada saya, "Suami lalu kerja di singapuur?", "Yes at Accenture", kata saya. "Ok, Finish".
Saya sempat bengong, eh udah gini doank? (ahahaha, belagu!). Dan saya pun diminta kembali mengikuti nona chinese ke luar ruangan.
Betapa leganya saya ketika bertemu Aa' di luar ruangan. "Gak susah kan?", tanya suami saya. Saya cuma nyengir kuda.
Saya dan suami masih deg-degan akan hasil keputusannya, apakah kami dibolehkan masuk singapur atau justru kami harus balik ke Indo saat itu juga. Tak berapa lama kemudian paspor kami pun tengah di proses di
terlihat seperti bagian receptionist di ruangan itu. A' Delta pun kemudian dipanggil. Dan tak berapa lama kemudian saya juga ikut dipanggil.
Saya pikir acara interogasinya sudah selesai, tapi ternyata di bagian tsb (
yang terlihat seperti receptionist, red), saya kembali ditanya (sebelumnya A' Delta juga sudah diinterogasi sebelum petugas tersebut memanggil saya). Di bagian itu saya ditanya tanggal lahir dengan menggunakan english. Alhamdulillah saya bisa menjawabnya. Tapi begitu ditanya alamat tinggal, saya betul-betul lupa. Alhasil karena emang deket sama Pioneer MRT, maka saya bilang aja "At Pioneer", dan seketika saya lupa mengucap dengan english, maka keluarlah bahasa tarsan (:D), 6 (jari angka 6), 5 (jari angka 5), 0 (jari angka 0) B, storey 9 ....", baru mau melanjutkan, tiba tiba sang petugas bilang, "Ok, that's enough" (si petugas bilang itu sambil nyengir pula)
Alhamdulillllah............. Saya bersyukur dalam hati karena sebenernya saya lupa nomer flat kami, hihihi (harusnya saya bilang 650 B #9 260).
Beberapa detik kemudian sang petugas membubuhkan cap izin tinggal selama 30 hari. Alhamdulillah....................
Dan kami pun keluar ruangan tersebut dengan perasaan lega luar biasaaaaaaaa. Saat keluar ruangan itu, juga ada 2 orang abang lainnya. Yang satu diperbolehkan masuk singapur, tapi yang satu lagi harus balik pulang ke Johor.
Kejadian itu betul-betul pengalaman yang tidak akan terlupakan. Hehehe. Dan ternyata, ruang interogasi imigrasi singapur gak seseram apa yang saya bayangin. Kalo kata A' Delta, niat kita kan baik (untuk kerja di singapur), jadi gak usah takut.
Yaa...betul.Selama niat kita baik dan di jalur yang benar, maka pikiran negatif bagaikan benalu di dalam hati, cuma bikin cemas luar biasa aja maksudnya :D.
|
kantor imigrasinya namanya Woodlands Check Point |