Saya, Islam, dan Minoritas



Mungkin pengalaman menjadi minoritas (bener-bener cuma muslim sendiri) sudah banyak dialami oleh teman-teman semua, tapi ini benar-benar hal pertama kali dan sangat "menantang" bagi saya. Sekedar ingin berbagi. Siapa tau ada hikmah yang bisa dipetik dari membaca kisah saya ini.

Mengikuti les Bahasa Inggris di sini merupakan kunci dari pengalaman-pengalaman berharga yang saya dapatkan. Lingkungan baru, suasana baru, guru-guru baru, serta memiliki teman-teman baru yang berasal dari beberapa negara diantaranya Korea, Jepang, Mongol, Vietnam, RRC, Peru, Chili, dsb.

Menjadi muslimah diantara yang lain jelas membuat saya menjadi "sorotan". Hijab yang saya kenakan merupakan pemandangan unik tersendiri bagi teman-teman saya. Ya, mungkin ini pertama kali bagi mereka memiliki teman seorang muslimah. Saat pertama kali melihat, mereka mungkin penasaran dengan saya, sampai pada akhirnya pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan seorang muslim pun terlontar dari mulut mereka.

1. Mengapa kamu menggunakan hijab, Puti? Panaskah? Siapa saja yang bisa melihat rambut, tangan, dan kaki kamu?
Pertanyaan ini sering saya dapatkan dari teman-teman saya. Saya mengatakan bahwa berhijab adalah pilihan, tapi tentu mempunyai konsekuensinya tersendiri. Saya lalu bercerita tentang "reward" dan "punishment" yang akan didapatkan di kehidupan setelah mati. Lalu salah satu teman saya bertanya "Apakah kamu mempercayai semua itu, Puti?" :)

Mengenai adaptasi berhijab, saya katakan wajar jika terasa "sulit" pada awalnya. Akan tetapi lama-kelamaan kami terbiasa dengan pakaian ini. Saya juga mengatakan bahwa pemilihan bahan pakaian juga bisa menjadi solusi dari masalah "panas-panasan" ini. Saya menjelaskan bahwa jilbab tidak pernah membatasi gerak saya. Mau naik gunung, hayu, sekolah, hayu. Pokoknya hijab bukan jadi alasan deh :).

Hijab memang hal yang menarik bagi teman-teman saya ini. Sampai-sampai seorang teman saya yang berasal dari Vietnam datang dan berbicara empat mata dengan saya usai kelas. Hihi, dia amat penasaran sama temen barunya ini. Salah satu pertanyaan yang Ia tanyakan adalah tentang siapa saja yang bisa melihat rambut saya. Di akhir perbincangan kami pun, Ia kemudian berkata "Wah, Puti saya sangat menghargai usaha kamu yang mengenakan hijab" :)

2. Makanan apa saja yang boleh kamu makan, Puti?
Pertanyaan mengenai halal dan haram makanan (dan tentu saja minuman) adalah pertanyaan kedua yang paling sering ditanyakan. Pasalnya di tempat les saya ini sering ada acara makan bersama. Kejadian pertama adalah ketika guru saya yang habis berlibur ke Italia. Ia membawakan makanan khas dari sana. Saat semua mengambil makanan, saya terdiam dan berpikir 'bagaimana saya harus menanyakan komposisinya dalam bahasa inggris' . Maklum bahasa Inggris saya masih pas-pasan (maka dari itu saya les bahasa Inggris :D). Akhirnya saya memberanikan diri bertanya, dan Alhamdulillah guru saya dengan sigap mengambil bungkusan utama makanan tersebut untuk memastikan bahwa Ingredientnya aman bagi saya. 

Akan tetapi saat ada event makan kue2 bersama (seluruh kelas) jujur saya agak bingung menanyakan ingredientnya. Mungkin karena biasanya kelas besar, jadi saya agak sungkan untuk nanya-nanya. Saya mensiasatinya dengan membawa snack sendiri. Jadi saya tetap bisa bersama-sama dengan mereka tanpa mereka sendiri harus merasa tidak enak dengan makanan "syubhat" yang disediakan :D.

3. Pemakaian tangan dalam aktivitas
Salah satu guru saya menanyakan kepada saya tentang aturan penggunaan tangan bagi muslim ketika beraktivitas. Maka saya menjelaskan tentang penggunaan tangan kanan dan kiri. Pada suatu hari di akhir kelas salah satu teman saya yang berasal dari Jepang (perempuan) bertanya kepada saya, "Puti boleh aku menyentuhmu? Bolehnya pake tangan apa, kanan atau kiri?". Saya tersenyum kemudian berusaha menjelaskan kepadanya soal aturan sentuhan dalam Islam.

4. Apakah kamu masih boleh melanjutkan sekolah Puti? Bagaimana dengan berkarir?
Pertanyaan ini dilontarkan oleh teman saya (laki-laki) yang berasal dari Mongolia. Dia cukup terkejut ketika saya menjelaskan bahwa justru suami saya sangat mendorong saya menuntut ilmu bahkan berkarir sekalipun. Mengapa Ia terkejut? Pasalnya ia berpikir bahwa para muslimah ini tidak diperbolehkan untuk menuntut ilmu ke jenjang yang tinggi. Terlebih ketika muslimah tersebut sudah menikah dan memiliki anak. 


Masih banyak hal seru yang saya alami di sana. Ya, dulu mungkin saya takut memikirkan bagaimana saya harus berlaku sebagai seorang minoritas di sana. Akan tetapi lama kelamaan saya justru menikmatinya. Saya jadi banyak belajar melalui mereka. Menikmati berkenalan dengan mereka dan bertukar pikiran menganai kebudayaan dari negeri asal masing-masing. Alhamdulillah, terima kasih Allah atas anugerah ini :)




NewerStories OlderStories Home

3 comments:

  1. CIBUYY~kamu keren sangat deh bisa tenang dan meyakinkan dalam menjelaskan ajaran agam kita ini. Subhanalloh 50x, kamu pasti semakin tertantng untuk mendalami dan meyakini Islam ya buy di tenangh kelas yang heterogen seperti itu :)

    ReplyDelete
  2. Haha, biasa aja dey. Itu juga masih suka bingung ngejelasinnya :D

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete